"Ra, terima kasih banget atas replynya; Tapi aku justru makin gak tenang"
Akhirnya Adhi balas juga email Ira, bukan dengan email, tapi langsung via sms.
Bodoh.... apa yang aku lakukan ya! begitu gumam Adhi dalam hati.
Sejurus kemudian Adhi pun mendengar nada sms delivered. Tapi dia tidak berharap Iraakan membalas karena dia tahu Ira kehilangan dompet kemarin. Di Korn.Net, pagi hari ketika Ira dan dia berkonfrontasi untuk yang ke-sekian kalinya.
Akhirnya Adhi kirim sms kedua.
"Jujur, aku sudah punya pilihan2 itu, tapi hati ini selalu kembali kepadamu. Salahkah?"
Sms delivered, tetap tak ada jawaban, sms ketiga meluncur.
"Ra, kamu adalah wanita yang teramat sangat mudah dicintai oleh orang lain!"
Sms delivered, tetap tak ada jawaban, sms keempat pun melayang.
"Yang aku inginkan adalah kamu meminta kita melanjutkan hubungan kita"
Sms delivered, tetap tak ada jawaban, Adhi pun menyerah karena dia pun tahu bahwa Ira tidak ada pulsa.
Semburat kekecewaan menyeruak di benak Adhi karena tak ada balasan dari Ira. Sama sekali seperti tidak ada usaha dia untuk mencoba mencari cara untuk menenangkan hatiku.
Akhirnya dengan kesal, Adhi pun kirim sms kelima.
"Kalo kamu pikir kamu siap untuk berpisah? Aku juga! Kalau kamu pikir tidak berharap dengan kelanjutan hubungan kita? Aku juga!"
Huih stupid! Apa yang aku lakukan, Adhi mengomel dalam hati. Kalau saja ada cara untuk meng-cancel sms terakhir itu, akan aku lakukan. Tapi tidak mungkin, bodoh!
Waktu maghrib tiba, dan Adhi pun menyudahi surfingnya. Malas naik ojek, Adhi pun menyusuri balut FISIP mencoba mengira-ngira apa yang sedang Ira pikirkan. Tapi, yang sudah ya sudah. tidak perlu ditangisi, begitu ego Adhi berbicara.
New message from The Soul: Read now? Adhi pun meng-klik lagi tombol navigator K500-nya untuk membaca sms Ira:
"Besok senin aku ke Depok, ngebaca sms-sms kamu bikin aku kangen dan sedih"
Deg, mati aku! gumamnya.... ternyata dia masih memikirkanku. Dan tiba-tiba terdengar sms delivered dari HP-nya. Ahh, ternyata dia belum membaca sms terakhirku.
Sejurus kemudian sms baru dari Ira pun meluncur:
"Plz stop dengan sms yang begitu negatif. Apakah kamu tidak sadar kamu sedang membuat luka besar di antara kita. Ayah dan Ibuku bercerai karena cinta yang meluap, tapi penuh ketidakyakinan. Apakah kamu tidak sadar bahwa selain kamu, aku juga kamu sakiti?"
Tanpa sadar airmata pun meleleh di sela-sela pipi Adhi. Ya, dia menangis mengapa mesti dia kirim sms terakhir itu.
"Kamu membuka traumaku Di!". Sms lain pun terkirim.
Langsung Adhi coba call dia, satu menit tidak diangkat sampai pesan voice mail pun terkirim. Dia ambil nafas panjang dan mencoba lagi, berulang-ulang. Tetap tidak ada jawaban! Akhirnya Adhi pun ke Syalisya coba telepon via Telkom. Tapi, tetap tidak ada jawaban. Sepertinya Ira memang menghindari komunikasi saat ini. Akhirnya dengan langkah gontai dia pun pulang ke kosnya.
Setibanya dari wartel, Adhi pun solat dan berdoa. "Ya Alloh, aku percaya Engkau adalah Maha Penyayang. Tolong selimuti dia dengan balutan hangat-Mu" Kembali tanpa dapat ditahan, air mata itu pun meleleh lagi.
should be continued...