Sms pun Adhi kirim berharap agar diri Ira membacanya, mencoba untuk menjelaskan kebodohannya tadi. Tapi handphone tetap tidak Ira aktifkan.
Jam pun berdentang 9 kali kala akhirnya Adhi mendengar nada sms delivered satu per satu. Ahh akhirnya kamu mengangkatnya,Ra gumam Adhi. Please reply my sms dear, begitu jerit bathinnya.
"Aku sudah nggak nangis lagi. Di, aku sangat mencintaimu. Jika segala yang kulakukan selama ini selalu kamu anggap sebagai kebaikan hatiku, dan bukan cinta. Bagaimana kata dapat lagi meyakinkan? Orang tuaku tersiksa karena harus memendam ini selama PULUHAN TAHUN!"
Huih, kenapa kamu nggak pernah menceritakan ini semua kepadaku,Ra. Memang aku tidak pernah menanyakan itu semua, tapi jikalau saja aku tahu ini sejak semula, tidak mungkin aku sanggup mengirim sms-sms yang membongkar traumamu. Adhi pun mencoba mengais percakapan-percakapan dia dengan Ira yang baru seumur jagung.
"Aku takut jika akhir dari cerita cinta kita sama dengan apa yang dialami orang tuaku. Aku gak akan akan ganggu kamu lagi. Aku pamit mundur"
Pamit mundur? Apa dia baru saja memutuskan aku, gumam Adhi mencoba menerka maksud dari kalimat terakhir Ira. Adhi pun mencoba membaca berulang-ulang, sehingga tanpa sadar ada yang hancur dalam dirinya. Ya, hatinya hancur dengan berita ini.
Dengan punahnya asa untuk mencoba menghibur Ira, Adhi kirimkan sms:
"Kamu merestui kematian hatiku? Ra, aku tergugu menangisi kematianku"
Dengan segenap kekuatan, Adhi pun mengambil air wudhu untuk mencoba menguatkan hatinya. Oohhh begini rasanya patah hati, gumamnya ketika membasuh muka. Ketika dia hendak menyeka air wudhu yang membasahi beberapa bagian terluar tubuhnya, terdengar sms terkirim.
"Di, kamu pasti lelah dengan kejadian ini, aku juga. Masalah ini hanya dapat diselesaikan dengan tatap muka".
Yah, akhirnya Ira masih memberikan Adhi kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini. Inilah satu dari kelebihan hubungan yang dibina Adhi dan Ira, bahwa mereka mampu untuk tidak membesar-besarkan masalah, meskipun sangat menyakiti hati mereka sendiri. Mereka sadar bahwa waktu perkenalan yang sedemikian sempit menyebabkan masing-masing dari mereka belum mengetahui sifat dan watak masing-masing.
Adhi pun mengirim sms terakhir:
"terima kasih dear"
Should be continued?