"Seru kali ya Dod kalo kita bisa berlibur ke Karimun Jawa"
"Pernah ngebayangin gak Dod kalo kita ngeliat Samudera Indonesia dari ketinggian Semeru"
Wah, kalo ditanya hal-hal di atas biasanya memori otak gw akan langsung mencari simpanan memori di hippocampus. Biasanya bagian otak gw ini akan memberikan ingatan dari buku, internet atau fotografi yang pernah gw baca atau lihat.
"Oooo...Bali emang indah lagi, coba aja elo bayangin bangungan-bangunan di sana tingginya gak ada yang seperti Jakarta, mencakar langit di mana-mana sehingga untuk melihat hamparan bintang di malam hari pun sudah sedemikian sulit"
"Karimun Jawa mungkin gak sebagus Bunaken dengan taman lautnya, tapi ketenangan dan kealamiannya amat menarik untuk dinkmati. Apalagi dengan pasir putihnya... wah lumayan dibanding ramainya Kuta atau pasir putihnya Lampung"
"Semeru gitu loch (dengan ch yang ditekankan... supaya terdengar seperti tulisan anak gaul Jakarta )... Malu lah kalo belum pernah naik gunung paling menjulang di Jawa ini... Godaan Ranu Kumbolo pasti bikin setiap pendaki gak bisa berpaling... Indah! Apatah lagi jika kita sudah sampai di puncak abadi para dewa itu, Hmmm rasa-rasanya hati ini akan berbuncah menikmati hamparan permadani dataran Jawa yang selama puluhan tahun kita diami.. Sangat mengharukan".
Tapi itu sekedar hafalan-hafalan tempat yang gw ingat-ingat, sama dengan menghafal berkabutnya Dieng, tumpah ruah remaja Dago, atau sunyinya kehidupan suku Badui.
Sebagai orang yang mengaku punya hobi travelling, memang daftar tempat-tempat bagus yang pernah gw kunjungin gak lebih dari jari tangan. Puncak, Dago, Cipanas, merupakan sederetan tempat yang tampak (tidak) spesial bagi seorang traveller. Tapi itulah... gw memang masih amat jarang menghirup aroma petualangan itu sendiri.
Dulu waktu gw smp-sma, keinginan gw terhambat karena gw gak punya duit untuk sekadar beli ransel atau parafin... Mending beli buku, begitu argumen gw waktu itu.Sekarang, ketika keinginan itu menjadi sedemikian kuat, dan finansial pun tidak menjadi halangan, Waktu lah yang tiba-tiba menjadi amat mahal bagi gw. Bekerja di Samsung amat sangat menguras energi gw, fisik maupun mental. Alhasil untuk nengokin keluarga aja butuh waktu lebih dari 10 bulan (maaf mak, pak!). Hmmm dalam pikir gw pun berkeluh kapan ya gw berhenti menjadi Petualang-Pengkhayal??!