Dulu, gw punya minat yang kuat sama olahraga bulutangkis dan tenis. Tapi, berhubung kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk membeli peralatan yang cukup mahal, dan juga waktu itu gw gak punya temen yang punya minat yang sama, keinginan itu pun tidak tersalurkan (atau emang gw juga waktu itu gak terlalu tertarik ama dunia olahraga, karena terlalu fokus sama belajar ;)).
Hal itu berubah sewaktu kuliah. Sewaktu semester 4, Jurusan Elektro ngebangun lapangan bulutangkis di antara Bengkel Elektronika dan Listrik. Gw dan temen-temen waktu itu iseng-iseng maen, sampai akhirnya addicted to badminton ;). Bayangin aja, gak peduli matahari menyengat tepat di atas kepala, perut keroncongan, kita tetep aja maen karena waktu itu lapangan bulutangkis jadi rebutan anak-anak elektro. Sampai satu bulan sebelum kita ngerjain TA-pun, maen badminton masih jadi agenda sehari-hari. Mungkin karena ini pula, angkatan gw menjadi angkatan terbanyak yang gak lulus kuliah tepat pada waktunya (Hampir hanya separuh yang diwisuda pada waktu itu juga-tapi kelompok gw termasuk salah satunya). Bahkan, pernah waktu angkatan adik kelas gw nyiapin kuliah umum, kami main sampe jam 1 pagi. Wah, seru banget waktu itu karena teriakan-teriakan kami sampe bikin satpam-satpam di kampus ngirain ada rampok hehehe. Sori pak!
Kebiasaan ini masih terus dilakukan sampe sekarang (hampir 2 tahun sejak pertama kali maen bulutangkis di kampus). Gw, Zai, Jaya, Adji, Joe, dan Egi maen bulutangkis setiap hari minggu. Biasanya, kami maen mulai jam 2 sore sampe 7 malem. Bahkan, kalau lampu lapangan menyala dengan sempurna, kami bisa main sampe jam 9 malem. Setelah maen, kami berempat biasanya nonton TV di kos gw. Wah, kegiatan yang bener-bener jadi penolong gw dari rutinitas kerja di Samsung.
*
Kebiasaan latihan di kampus pun akhirnya membawa gw untuk latihan di Samsung. Darmawan dan Haris yang waktu itu memprakarsai bikin lapangan bulutangkis di Samsung Head Quarter, ngajak gw untuk ikutan. Akhirnya, selain minggu, jadwal latihan gw pun bertambah jadi kamis dan minggu. Wah, bener-bener waktu-waktu sekarang merupakan waktu terbaik sejak gw kerja di Samsung, karena tidak ada kewajiban lembur dari bos, dan gw pun bisa nyalurin hobi gw. Tapi yang terpenting sih kerjaan gw dah gak nemuin masalah-masalah lagi :).
Lama kelamaan, kebiasaan latihan bulutangkis pun dilakukan oleh divisi-divisi lain. Sampai akhirnya, ada ide untuk mengadakan kompetisi bulutangkis khusus ganda putra. Divisi gw waktu itu ngirimin 3 pasangan, Darmawan-Wahyu, Mulyadi-Ferry, dan Oky-Dodi. Oleh karena intensitas latihan yang kalah jauh dibanding lawan, Mulyadi-Ferry kalah 1-30 dari pasangan Mirzon-Risman, dan gw sendiri yang berpasangan sama Oky cuman dikasih angka 7 oleh pasangan OMS. Waktu itu, gw bisa nerima kekalahan karena memang lawan maennya solid dan sangat berpengalaman. Sementara gw dan Oky baru pertama kali dipasangkan. Ini adalah kekalahan pertama gw ikut kompetisi olahraga. Sementara itu Darmawan-Wahyu berhasil lolos sampai babak kedua, sebelum dijegal Rudi dan pasangannya dari Admin.
*
Tapi, yang menyakitkan adalah ketika kita harus berhenti bermain di saat kemenangan sudah kita capai. Itu yang terjadi saat gw ikut sebagai komponen inti Tim Bulutangkis VD bersama Darmawan, Wahyu, Mulyadi, Oky, Ferry, dan Rima. Pada pertandingan pertama, kenyataan membuktikan sekali lagi bahwa latihan yang intensif mampu meredam bakat-bakat natural yang dimiliki oleh tim kami (ciee..). Tim Admin yang waktu itu diwakili oleh karyawan-karyawan yang sudah berumur, menggusur kami dengan skor telak 4-1. Waktu itu, gw memang sudah memprediksi kami bakal kalah karena strategi yang kurang bagus, keikutsertaan didasarkan atas semangat partisipasi demi mendapat kaos bulutangkis yang bagus. Urrgghh, sebenernya dalam hati gw meradang ngedenger komentar-komentar 'pecundang' temen-temen gw: "Biarin kalah, yang penting dapat kaos". Bener-bener waktu itu gw sampe gak semangat ngedenger niatan orang-orang yang gak punya totalitas itu. Tapi, dengan niatan bahwa bendera VD harus tetap tegak, gw yang berpasangan dengan Ferry bisa mempersembahkan satu-satunya angka bagi VD, kami berdua menang 30-21.
Di pertandingan kedua, yang merupakan partai hidup-mati bagi kami, strategi pun diubah. Tunggal putra yang sebelumnya diwakili Umbu sekarang dipercayakan oleh Mulyadi, meski akhirnya kalah juga melawan pemain OMS 1 yang sangat-sangat kuat. Rima, yang masih belum melupakan kekalahannya dari Admin waktu pertandingan pertama (sampai harus gw bujuk supaya tetap main), di luar dugaan berhasil menang dengan angka yang cukup telak 22-12. Ini tidak terlepas dari strategi "jangan kasih orangnya" yang berulang kali diingatkan oleh gw, Darmawan, dan Mulyadi. Di partai selanjutnya penampilan Darmawan-Wahyu yang sudah tidak 'sehati' lagi menjadi bumerang bagi tim kami. Pengalaman dan teknik bagus yang dimiliki oleh mereka berdua tidak keluar saat bermain, dan akhirnya harus menyerah 22-30. Skor 1-2 untuk OMS 1.
Pada partai selanjutnya, gw berpasangan dengan Ismail, menggantikan Ferry yang harus support tim basket. Gw pilih Ismail karena defense dia sangat bagus, sewaktu latihan berulang kali smash gw masih bisa dikembalikan dengan baik olehnya. Akhirnya dengan modal ketenangan Ismail yang bermain apik ditambah semangat berkobar-kobar dari gw untuk menyamakan kedudukan, berhasil menyamakan kedudukan 2-2 dengan mengalahkan pasangan OMS 1, 30-21.
Di partai terakhir, Oky yang kali ini berpasangan dengan Purnawan, berulang kali tidak mampu memikul beban mental sebagai penentu kemenangan. Bahkan, Purnawan yang sebelum bermain sempat dipertanyakan kemampuannya, mampu menampilkan permainan apik nan solid. Tertinggal jauh di setengah set awal, pasangan VD ini bisa memperpendek jarak menjadi 22-27, sebelum akhirnya harus takluk 22-30 karena beberapa kali pukulan tidak akurat yang dilakukan.
Akhir cerita, tim bulutangkis VD pun harus mengubur mimpi melaju ke semifinal, dengan kekalahan menyakitkan 2-3 dari OMS 1.