• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit

Habibie: Saya Menangis Saat Mengunjungi IPTN Makassar

Mantan Presiden Prof Dr. BJ Habibie mengaku sedih dengan ditutupnya Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang telah dirintisnya sejak 1974 bersama dengan anak bangsa yang handal.

"Saya menangis saat mengunjungi IPTN, karena semua usaha yang telah dirintis anak-anak bangsa harus hancur semuanya," kenangnya saat melakukan ramah-tamah bersama masyarakat Sulsel di Makassar, Sabtu malam.

Menurut Habibie, hal terbaik yang berusaha dipersembahkan kepada bangsa melalui IPTN ini, dinilai sia-sia (mubazzir). Bahkan setelah industri ini ditutup, semua tenaga-tenaga handal anak-anak bangsa dimanfaatkan oleh negara-negara tetangga, dan Eropa.

"Apa gunanya kita memberikan yang terbaik kepada bangsa kalau bangsa itu sendiri juga yang menghancurkannya," kata Habibie seraya kecewa dengan Indoensia yang dinilai kurang mengharagai Sumber Daya Manusianya.

Saat mendirikan industri penerbangan tersebut, ia dibantu 20 orang anak bangsa yang telah dididiknya untuk membuat pesawat terbang. Setelah industri ini berkembang pesat jumlah karyawannya menjadi 44.000 orang, namun lambat laun, berkurang menjadi 1400 orang.

"Dimana anak-anak saya?" tegasnya saat mengenang kondisi yang terjadi di IPTN dimana sejumlah SDM yang telah didiknya meninggalkan Indonesia dan bekerja di negara lain, negara tempat dimana mereka dihargai hasil jerih payah, dan karya ciptanya.

Saat Indoensia dilanda badai krisis sejak Juli 1997 dimana merongrong habis sumberdaya ekonomi nasional, telah membuat kemampuan finansial industri pesawat ini susut dengan drastis.

Akibat krisis ekonomi ini membuat Indonesia harus minta bantuan pada Dana Moneter Internasional (IMF) , maka sebagai konsekuensinya adalah RI harus menerima persyaratan bahwa Pemerintah tidak boleh lagi mengucurkan dana yang terbatas ke industri penerbangan nasional ini.

"Kini kita telah kehilangan putra-putri terbaik yang mampu menghasilkan/membuat pesawat," katanya. Ramah tamah dan silaturahmi dihadiri Gubernur Sulsel Amin Syam , Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Arif Budi Sampurno dan Kapolda Saleh Saar serta sejumlah pejabat teras wilayah Sulsel. [EL, Ant]
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Istimewakah Ramadhan?

Ini bukan ulang tahun saya, juga bukan tahun baru di mana kedua momen tersebut sering saya gunakan untuk me-refleksi-kan perjalanan hidup saya selama ini. Tapi, hari ini 17 Ramadhan 1425H. Yah, belum sempat saya berkata 'Ahlan wa sahlan ya Ramadhan', bulan baik ini sudah hampir sampai di penghujungnya. Amalan apa yang sudah saya lakukan? Ah tak lebih dari rutinitas hidup saya sehari-hari. Berangkat ba'da Shubuh, duduk selama 12 jam di depan komputer (break istirahat sering saya gunakan untuk mengerjakan tugas kuliah), dan pulang jam 4 sore. Ada ibadah khusus lain? NONE. Astagfirullohal'adzhim, saya belum apa-apa!

Malu rasanya dengan orang-orang yang begitu khusyu dalam sholat, tenang dalam berbicara, dan tawadhu dalam perbuatan di bulan suci ini. Meski, ini mungkin lebih intens dilakukan karena shaum, tapi setidaknya ada perbedaan dalam perilaku mereka menjalani shaum. Sementara saya? Arghhh kadang emosi masih tidak terkontrol, nafsu untuk bermalas-malas masih menggelayut entah itu di saat sahur, atau pun tatkala perut sudah diasupi berbagai macam makanan setelah berbuka.

Ya Alloh, sudah lama saya tidak merasakan rasa syahdu yang mendalam ketika mendengar adzan. Dulu, ketika di STAN, hati ini selalu terusik ketika mengacuhkan panggilan adzan. Bahkan, adzan yang paling saya tunggu-tunggu adalah adzan shubuh karena betapa menenangkannya melihat teman-teman mahasiswa lain kala itu begitu bersemangat menyambut shubuh. Saya kangen sekali dengan kondisi-kondisi saat itu!

Apakah saya harus membenci kerja? Ini adalah satu-satunya mata pencaharian saya. Tanpanya, saya tidak bisa hidup dan juga tidak bisa membantu ibu-bapak di Bandung.
Apakah saya harus membenci kuliah? Ini adalah kegiatan yang bisa membangkitkan motivasi hidup saya. Tanpanya, hidup ini tentu akan lebih kerontang.

Ahhh... Duhai Rabbi, saya masih memiliki 13 hari lagi untuk mengkhatamkan AlQuran. Berikan hamba kesempatan untuk sedikit mencicipi nikmat ibadah di bulan Engkau ini...
Amiiin.
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Dealova

Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu yg mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu
Oh karena hati tlah letih

Aku ingin menjadi sesuatu yg selalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu merantai hati
Oh bayangmu seakan-akan

Reff:
Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yg memanggil rinduku padamu
Seperti udara yg kuhela kau selalu ada
hanya dirimu yg bisa membuatku tenang

Tanpa dirimu aku merasa hilang
Dan sepi, dan sepi

Ahhh this song.... remind me of someone who's really special in my life. I wish you know that I feel blessed have you here, in my heart.
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Berhenti atau jalan terus ...

Jalan terus...

Setelah mencoba membuka lembaran karir di Samsung, keinginan untuk bekerja di bidang yang sesuai dengan background serasa menggelegak..

Berhenti.

Punya temen-temen seperti Pak Khoir, Ciput, Hadi, dan Nila, yang bisa menjadi pendengar yang setia setiap cerita, membuat keinginan untuk berhenti tidak terlalu meledak-ledak.

Jalan terus...

Kehilangan sosok pemimpin dalam diri Pak Hardi membuat saya kehilangan figur seorang yang bisa diteladani dalam menapaki karir.

Berhenti.

Meski hubungan saya dengan boz baru tidak terlalu harmonis, dia masih appreciate hasil kerja saya dengan memberi assesment yang layak.

Jalan terus...

Issue bahwa Samsung mau tutup dan kolapsnya beberapa perusahaan elektronik di Indonesia membuat masa depan saya di sini pun menjadi tidak jelas.

Berhenti.

Kerjaan menjadi jauh lebih mudah seiring dengan pengalaman menangani berbagai masalah selama setahun, menjadikan lembur tidak menjadi suatu kewajiban.

Jalan terus...

Lulus dari tes penerimaan ekstensi FTUI membuka kembali jalan saya untuk meraih tujuan awal gw kuliah di Poli UI, menjadi dosen.

Berhenti.

Beban untuk mengumpulkan uang masuk FTUI yang teramat besar menyurutkan langkah yang sudah diambil.

Jalan terus...

Dengan sangat terpaksa, saya memilih untuk berhutang dulu kepada teman-teman saya semasa di kuliah atau pun di dunia kerja. Alhamdulillah terkumpul.

Berhenti.

Datang tagihan atas nama saya atas operasi yang saya lakukan beberapa bulan yang lalu di RS Harapan Bunda. Sangat besar!

Jalan terus...

***

Haruskah memilih untuk berhenti atau jalan terus

Sementara waktu akan tetap menggerus...

Read More 2 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Akhirnya lulus juga...

Gimana rasanya lulus tes ekstensi FTUI? Menurut ex-mahasiswa D3 MIPA yang nyoba ikutan tes, berarti elo pinter. Soalnya banyak anak-anak MIPA yang nyoba ikutan tes di FT, gak lulus karena soal-soal Medan dan Listrik yang ngejelimet abis * gak yakin dosen gw juga bisa ngejawab hee*. Dari sekitar 60-an yang berhasil lolos, kurang dari 10 orang yang berasal dari MIPA.

Bagaimana dengan ex-mahasiswa Poltek UI *gw kadang masih gamang harus mendahulukan nama Politeknik Negeri Jakarta*. Hmm biasa aja kali ya. Dari 60-an orang itu, biasanya ex mahasiswa Poltek lebih dari 60%nya.

Ada beberapa kemungkinan:
> Mahasiswa MIPA pastinya gak diajarin ama yang namanya T I G A P H A S A. ehmmm....wong anak-anak telkom aja pada klieran sama soal-soal listriknya.
> Ato emang ada pertimbangan sendiri dari FT?

Wallohu'alam...

Gimana menurut gw? Hmm alhamdulillah.. Gak sia-sia juga gw beli buku Schaum. Jadi keingetan bahwa gw mesti rela begadang semalaman buat ngebedain Hukum Faraday ama Biot Savart *sampe sekarang pun masih belon ngeh seh*. Meski yakin dengan hasil kerja gw, tapi gw masih trauma ama yang namanya over-confidence sewaktu gw ikutan UMPTN. Akhirnya hari demi hari gw cuman bisa do'a Allah kasih yang terbaik buat gw. Dan alhamdulillah berhasil.

Terima kasih Rabbi.

Link ke : Pengumuman Hasil Tes Penerimaan Ekstensi FTUI
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Gw benci K E K A L A H A N !

Yap, gw emang paling gak suka dengan yang namanya K E K A L A H A N. Pil pahit kekalahan pertama dan terakhir yang harus gw telan adalah kompetisi olahraga dalam rangka memeriahkan Ulang Tahun Samsung ke-14. Pertama, karena ini adalah kompetisi olahraga beregu pertama yang gw ikutin. Terakhir, karena sebelumnya gw pun pernah menelan pil pahit itu waktu ikut kompetisi bulutangkis antar karyawan Samsung.

Dulu, gw punya minat yang kuat sama olahraga bulutangkis dan tenis. Tapi, berhubung kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk membeli peralatan yang cukup mahal, dan juga waktu itu gw gak punya temen yang punya minat yang sama, keinginan itu pun tidak tersalurkan (atau emang gw juga waktu itu gak terlalu tertarik ama dunia olahraga, karena terlalu fokus sama belajar ;)).

Hal itu berubah sewaktu kuliah. Sewaktu semester 4, Jurusan Elektro ngebangun lapangan bulutangkis di antara Bengkel Elektronika dan Listrik. Gw dan temen-temen waktu itu iseng-iseng maen, sampai akhirnya addicted to badminton ;). Bayangin aja, gak peduli matahari menyengat tepat di atas kepala, perut keroncongan, kita tetep aja maen karena waktu itu lapangan bulutangkis jadi rebutan anak-anak elektro. Sampai satu bulan sebelum kita ngerjain TA-pun, maen badminton masih jadi agenda sehari-hari. Mungkin karena ini pula, angkatan gw menjadi angkatan terbanyak yang gak lulus kuliah tepat pada waktunya (Hampir hanya separuh yang diwisuda pada waktu itu juga-tapi kelompok gw termasuk salah satunya). Bahkan, pernah waktu angkatan adik kelas gw nyiapin kuliah umum, kami main sampe jam 1 pagi. Wah, seru banget waktu itu karena teriakan-teriakan kami sampe bikin satpam-satpam di kampus ngirain ada rampok hehehe. Sori pak!

Kebiasaan ini masih terus dilakukan sampe sekarang (hampir 2 tahun sejak pertama kali maen bulutangkis di kampus). Gw, Zai, Jaya, Adji, Joe, dan Egi maen bulutangkis setiap hari minggu. Biasanya, kami maen mulai jam 2 sore sampe 7 malem. Bahkan, kalau lampu lapangan menyala dengan sempurna, kami bisa main sampe jam 9 malem. Setelah maen, kami berempat biasanya nonton TV di kos gw. Wah, kegiatan yang bener-bener jadi penolong gw dari rutinitas kerja di Samsung.

*
Kebiasaan latihan di kampus pun akhirnya membawa gw untuk latihan di Samsung. Darmawan dan Haris yang waktu itu memprakarsai bikin lapangan bulutangkis di Samsung Head Quarter, ngajak gw untuk ikutan. Akhirnya, selain minggu, jadwal latihan gw pun bertambah jadi kamis dan minggu. Wah, bener-bener waktu-waktu sekarang merupakan waktu terbaik sejak gw kerja di Samsung, karena tidak ada kewajiban lembur dari bos, dan gw pun bisa nyalurin hobi gw. Tapi yang terpenting sih kerjaan gw dah gak nemuin masalah-masalah lagi :).

Lama kelamaan, kebiasaan latihan bulutangkis pun dilakukan oleh divisi-divisi lain. Sampai akhirnya, ada ide untuk mengadakan kompetisi bulutangkis khusus ganda putra. Divisi gw waktu itu ngirimin 3 pasangan, Darmawan-Wahyu, Mulyadi-Ferry, dan Oky-Dodi. Oleh karena intensitas latihan yang kalah jauh dibanding lawan, Mulyadi-Ferry kalah 1-30 dari pasangan Mirzon-Risman, dan gw sendiri yang berpasangan sama Oky cuman dikasih angka 7 oleh pasangan OMS. Waktu itu, gw bisa nerima kekalahan karena memang lawan maennya solid dan sangat berpengalaman. Sementara gw dan Oky baru pertama kali dipasangkan. Ini adalah kekalahan pertama gw ikut kompetisi olahraga. Sementara itu Darmawan-Wahyu berhasil lolos sampai babak kedua, sebelum dijegal Rudi dan pasangannya dari Admin.

*

Tapi, yang menyakitkan adalah ketika kita harus berhenti bermain di saat kemenangan sudah kita capai. Itu yang terjadi saat gw ikut sebagai komponen inti Tim Bulutangkis VD bersama Darmawan, Wahyu, Mulyadi, Oky, Ferry, dan Rima. Pada pertandingan pertama, kenyataan membuktikan sekali lagi bahwa latihan yang intensif mampu meredam bakat-bakat natural yang dimiliki oleh tim kami (ciee..). Tim Admin yang waktu itu diwakili oleh karyawan-karyawan yang sudah berumur, menggusur kami dengan skor telak 4-1. Waktu itu, gw memang sudah memprediksi kami bakal kalah karena strategi yang kurang bagus, keikutsertaan didasarkan atas semangat partisipasi demi mendapat kaos bulutangkis yang bagus. Urrgghh, sebenernya dalam hati gw meradang ngedenger komentar-komentar 'pecundang' temen-temen gw: "Biarin kalah, yang penting dapat kaos". Bener-bener waktu itu gw sampe gak semangat ngedenger niatan orang-orang yang gak punya totalitas itu. Tapi, dengan niatan bahwa bendera VD harus tetap tegak, gw yang berpasangan dengan Ferry bisa mempersembahkan satu-satunya angka bagi VD, kami berdua menang 30-21.

Di pertandingan kedua, yang merupakan partai hidup-mati bagi kami, strategi pun diubah. Tunggal putra yang sebelumnya diwakili Umbu sekarang dipercayakan oleh Mulyadi, meski akhirnya kalah juga melawan pemain OMS 1 yang sangat-sangat kuat. Rima, yang masih belum melupakan kekalahannya dari Admin waktu pertandingan pertama (sampai harus gw bujuk supaya tetap main), di luar dugaan berhasil menang dengan angka yang cukup telak 22-12. Ini tidak terlepas dari strategi "jangan kasih orangnya" yang berulang kali diingatkan oleh gw, Darmawan, dan Mulyadi. Di partai selanjutnya penampilan Darmawan-Wahyu yang sudah tidak 'sehati' lagi menjadi bumerang bagi tim kami. Pengalaman dan teknik bagus yang dimiliki oleh mereka berdua tidak keluar saat bermain, dan akhirnya harus menyerah 22-30. Skor 1-2 untuk OMS 1.

Pada partai selanjutnya, gw berpasangan dengan Ismail, menggantikan Ferry yang harus support tim basket. Gw pilih Ismail karena defense dia sangat bagus, sewaktu latihan berulang kali smash gw masih bisa dikembalikan dengan baik olehnya. Akhirnya dengan modal ketenangan Ismail yang bermain apik ditambah semangat berkobar-kobar dari gw untuk menyamakan kedudukan, berhasil menyamakan kedudukan 2-2 dengan mengalahkan pasangan OMS 1, 30-21.

Di partai terakhir, Oky yang kali ini berpasangan dengan Purnawan, berulang kali tidak mampu memikul beban mental sebagai penentu kemenangan. Bahkan, Purnawan yang sebelum bermain sempat dipertanyakan kemampuannya, mampu menampilkan permainan apik nan solid. Tertinggal jauh di setengah set awal, pasangan VD ini bisa memperpendek jarak menjadi 22-27, sebelum akhirnya harus takluk 22-30 karena beberapa kali pukulan tidak akurat yang dilakukan.

Akhir cerita, tim bulutangkis VD pun harus mengubur mimpi melaju ke semifinal, dengan kekalahan menyakitkan 2-3 dari OMS 1.
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Epilog Kebodohan Cinta (III)

Sepanjang malam Adhi mencoba untuk merenungi trauma yang dialami oleh Ira. Banyak anak-anak yang masa depannya suram dengan perceraian yang dialami orang tuanya. Narkoba atau hal-hal buruk lainnya seringkali menjadi pelarian atas jawaban perceraian orangtuanya. Kalau pun tidak, anak tersebut akan berubah menjadi pribadi yang sangat introvert, tidak percaya diri, dan pemurung.

Tapi Ira tidak begitu. Jika diamati dari penampilannya, dia cukup percaya diri. Anggun, begitu Adhi menyebutnya. Jauh dari kesan perempuan kampus yang harus berkutat dengan buku. Bahkan kadang-kadang, Adhi merasa risih kalau berjalan dengannya. Meski hal itu akan hilang dengan sendirinya kala perhatian Ira hanya tertuju kepadanya.Fokus-begitu Ira menyebutnya- lah yang membuat Adhi tertarik kepada Ira. Ingatan-ingatan tentang kebersamaan yang dijalani oleh mereka berdua akhirnya membawa Adhi ke gerbang mimpi dengan sesungging senyuman.

"Dhi, aku sudah di Depok. Kita ketemu di tempat biasa ya.. Tapi aku mau ke Perpus pusat dulu. Ada bahan-bahan kuliah yang harus aku pelajari" sms pun terluncur ke handphone Adhi keesokan harinya.
"Take your time, dear. Aku juga masih di kantor. Sebentar lagi aku off . Bagaimana kalau kita ketemu jam 3?" Adhi menjawab sms Ira.
"Oke, Dhi. Sampai ketemu di sana" Ira menjawab cepat.

Tempat itu selalu dijadikan tempat pertemuan Adhi dan Ira. Pinggiran danau, dekat dengan Masjid Ukhuwah Islamiyah (MUI). Rerindang pepohonan, gemericik air, serta helaan teduhnya angin mampu meruntuhkan sendi-sendi "kepenatan hidup" setiap insan yang berniat untuk melepas lelah di sana. Adhi pun tiba di sana ketika beberapa pasang anak manusia sudah terduduk di bangku taman, ada yang bersenda gurau, ada yang menampakkan wajah serius, dan ada pula yang hanya bermimik pasi. Keberagaman ekspresi yang timbul karena peristiwa-peristiwa yang dialami oleh mereka, yang menginginkan agar danau UI memberi solusi atas masalah yang menimpa mereka, meski hanya untuk satu helaan nafas panjang.

Adhi mengambil tempat selurus dengan Fasilkom. Lebih terjaga hati kita dengan adanya orang yang lalu-lalang di sekitar kita, begitu Ira memberikan alasan kepadanya. Lalu, ia pun mengambil sehelai daun jati yang meranggas, sementara tas gembloknya pun ia jadikan sebagai pengganjal pinggang. Sejenak Adhi pun larut dalam keheningan ketika ia melihat wajah gontai yang mendekatinya. Ah, aku harap kamu baik-baik saja, dear, gumam Adhi.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Adhi khawatir."Urusanku banyak yang tertunda Dhi. Mahasiswa yang kubimbing masih bermasalah, sedangkan aku sendiri masih harus menyiapkan tesisku karena sudah telat 2 bulan lebih" tutur Ira sambil melongsorkan tubuhnya di atas rerumputan."Kenapa lagi dengan mahasiswamu?" tanya Adhi lagi."Kemarin baru aku temukan bahwa dia mencoba memplagiat karya tulis orang lain. Berengsek!" Nada Ira menaik karena merasa dibohongi oleh mahasiswa yang sudah banyak dibantunya itu."Sabar dear, kadang-kadang deadline bisa membuat mereka gelap mata" Adhi coba memberikan pengertian. "Sama sekali bukan alasan yang dapat dibenarkan!" sungut Ira. Adhi pun terdiam dan hanya tersenyum kepada Ira karena ia tahu seberapa kukuh pendirian kekasihnya itu. Ira yang baru tersadar diperhatikan seperti itu, hanya berujar pelan "Maaf Dhi, aku emosi sekali hari ini". Adhi pun hanya mengembangkan senyumnya.

"Ra, aku minta maaf atas kejadian waktu itu" tutur Adhi mencoba memulai tujuan dari pertemuan mereka. "Kalau saja aku tahu kejadian kemarin akan membuka traumamu.." Adhi berusaha melanjutkan kalimatnya ketika tiba-tiba ia melihat tatapan mata Ira menghentikannya untuk tetap bersuara."Kamu gak salah Dhi karena aku pun tidak pernah cerita ke kamu" gumam Ira samar."Perceraian orangtuaku merupakan hal yang paling membuatku hancur. Kamu tau penyebabnya?"Tanya Ira dengan tidak melepaskan pandangannya ke danau."Aku tidak ingin menebak-nebaknya dear. Pengalamanku mengajarkan bahwa buruk sangka itu tidak akan pernah berguna" Adhi pun menghela nafas mencoba mengusir perasaan bersalahnya kepada Ira.

"Sewaktu pertama kali bertemu, ayah dan ibuku yakin bahwa mereka saling mencintai. Keyakinan yang akhirnya terkalahkan ketika ayahku selalu mempertanyakan apakah dia layak menjadi pendamping Ibu. Ternyata tiga buah hati mereka belum cukup membuktikan bahwa Ibu benar-benar mencintainya. Bisa kamu bayangkan bagaimana hancurnya hati Ibu ketika ayahku tidak mampu mengalahkan dengungan pertanyaan itu?" Suara Ira makin parau karena berusaha untuk tidak menangis.

"Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, mereka bercerai.Kamu tau siapa yang paling dirugikan diantara kami semua?" Tanya Ira yang disambut gelengan Adhi. "Kami semua menderita Dhi. Ibu sering melarikan diri dengan pekerjaannya, sering lupa untuk mengurus dirinya sendiri. Ayahku sekarang hanya tinggal sendiri di sepetak tanah di Bali. Dan kami, anak-anaknya, kehilangan kepercayaan dengan yang namanya kasih-sayang!" akhirnya tangis itu pun pecah.
Adhi pun mendekatkan wajahnya ke wajah Ira sehingga kedua mata mereka pun bertemu."Hentikan kalau memang kamu hanya akan lebih menderita Ra..Cukup!" Setitik air pun mengambang di mata Adhi karena tak kuasa melihat tangisan Ira.

"Sejujurnya ketidakyakinanku timbul karena aku tidak mensyukuri anugerah yang telah Alloh berikan kepadaku. Aku tidak mencoba untuk meresapi indahnya kebersamaan yang telah kita jalani. Kalau saja kala itu aku bisa melihat dari sudut pandang yang lebih positif, tidak akan bibit ketidakyakinan itu bersemayam di hatiku." Jelas Adhi."Sekarang aku yakin bahwa kita saling memerlukan, Ra. Aku gak butuh orang lain lagi untuk menemani hidupku karena aku sudah punya kamu, dear. Sekarang, aku ingin kita menutup luka-luka lama kita untuk membuka lembaran baru bagi kita berdua, bagaimana?" Tanya Adhi kepada Ira yang telah menghentikan tangisnya. "Kamu yakin kita akan berhasil?" sekilas ekspresi ketidakyakinan menyeruak di benak Ira. Adhi mengangguk tegas.

Dan seketika itu pula guratan senyum hadir di wajah mereka.
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Karena Aku Mencintanya

Obrolan 1:
A :"Ngapain sih Dod kos jauh-jauh di Depok, kaya' dah keabisan tempat aja"
Gw: Nyengir...

Obrolan 2:
B :"Depok itu jauh lagi. Gue kemaren ke sono. Wah dah kaya pergi ke desa terpencil?!"
Gw: Dahi berkerut...

Obrolan 3:
C :"Hmm pasti ada ceweknya neh ampe gak mau pindah dari Depok."
Gw: Ketawa...

Kalo dipikir-pikir bener juga, ngapain juga gw capek-capek berangkat jam 4 pagi (subuh di mana?); pulang jam 9 malem. Kata Agus sih kos cuman dijadiin tempat numpang tidur. Padahal, biaya kosnya pun lumayan mahal dibandingin waktu kuliah. Belum lagi tiap hari gw harus naek ojek pas keluar kampus, yang nilainya seharga dengan naik angkot T19 dari Pasar Rebo ke Kober. Kalo diitung-itung, biaya yang dikeluarin untuk hal-hal yang 'gak penting' itu kurang sebanding dengan alasan gw memilih tinggal di Depok.

Apa iya? Hmm alesan gw cuman satu, gw cinta kota ini, tapi gw pikir itu sudah cukup menjawab kenapa gw masih tinggal di Depok. Karena ketika sebuah keputusan menyangkut sebuah rasa, logika apa pun tidak dapat mengalahkannya. Dalam pemikiran seorang teman saya, rasa itu sendiri sebenernya sebuah logika.

All I can say is I fall in love with this city. Just like that.
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

"Stay Hungry. Stay Foolish"

(Pidato Steve Jobs, pendiri Apple dan Pixar dalam acara Wisuda Universitas Stanford 2005)

Saya merasa terhormat bersama kalian hari ini dalam acara wisuda salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah diwisuda. Sejujurnya saya katakan, saat ini merupakan saat-saat terdekat saya pada sebuah acara wisuda. Hari ini saya ingin menceritakan kepada kalian 3 cerita pendek hidup saya. Hanya itu. Biasa-biasa saja. Hanya 3 cerita.

Cerita pertama tentang Penghubungan momen-momen.

Saya drop out dari Reed College setelah enam bulan pertama, tetapi saya tetap berada di lingkugan kampus selama kurang lebih 18 bulan sebelum saya benar-benar memutuskan untuk berhenti. Mengapa saya drop out?

Ini dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah seorang mahasiswi muda sebuah perguruan tinggi yang hamil di luar nikah dan dia memutuskan saya untuk diadopsi. Dia mempunyai keinginan yang kuat bahwa saya harus diadopsi oleh pasangan lulusan sebuah universitas, jadi segala sesuatunya sudah disiapkan dari awal bahwa saya akan diadopsi sejak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Selain itu, ketika saya dilahirkan mereka memutuskan bahwa mereka sangat menginginkan seorang bayi perempuan di menit-menit terakhir. Sehingga orangtua angkat saya, yang menunggu giliran, mendapat telepon di tengah malam: "Kami mempunyai seorang bayi lelaki yang tidak diharapkan, apakah kamu menginginkannya?" Mereka menjawab: "tentu!". Ibu kandung saya kemudian mengetahui bahwa ibu saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah saya tidak lulus SMA. Dia kemudian menolak untuk menandatangani perjanjian adopsi. Meskipun, akhirnya hatinya luluh ketika orangtua saya berjanji bahwa saya akan kuliah suatu hari nanti.

17 tahun kemudian, saya memang benar-benar kuliah. Waktu itu saya yang masih naif, memilih perguruan tinggi yang biaya pendidikannya hampir sama dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan yang dimiliki oleh orang tua saya habis untuk membiayai kuliah saya. Setelah enam bulan, saya tidak melihat bahwa hal ini sebegitu bernilainya. Sama sekali saya tidak tau apa yang sebenarnya ingin saya lakukan dalam hidup dan tidak tahu apakah kuliah akan menolong saya untuk menjawab itu semua. Di lain pihak, saya menghabiskan seluruh uang yang orang tua saya tabung sepanjang hidup mereka. Sehingga saya memutuskan untuk keluar dan mencoba untuk menguatkan diri bahwa apa yang saya lakukan tidak salah. Cukup menakutkan waktu itu, tetapi jika saya mengenang kembali, itu adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya buat. Saat saya memutuskan untuk keluar, saya dapat berhenti mengambil kelas-kelas yang tidak menarik perhatian saya, dan hanya menghadiri kelas yang benar-benar menarik.

Akan tetapi, tidak lah semuanya romantis. Saya tidak tinggal di asrama, sehingga harus tidur di lantai teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Cola untuk ditukar dengan 5 sen yang akan saya gunakan untuk membeli makanan, dan saya akan berjalan sejauh 7 mil (+/- 10km) menuju kota lain setiap minggu malam untuk memperoleh makanan yang baik di candi Hare Krishna. Saya sangat menyukainya. Kejadian-kejadian di mana saya menemui sandungan untuk mengikuti apa kata hati saya menjadi sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang nantinya. Saya berikan satu contoh:

Saat itu, Reed College menawarkan kuliah kaligrafi yang mungkin merupakan yang terbaik di negara ini. Di sepanjang kampus tiap poster dan label yang dibuat sangatlah indah. Oleh karena saya drop out dan tidak mengikuti kelas normal, saya memutuskan untuk mengambil kelas kaligrafi untuk belajar bagaimana membuat itu semua. Saya belajar tentang tipe-tipe serif dan san serif, variasi jumlah spasi yang diperlukan di antara kombinasi-kombinasi huruf yang berbeda, dan juga tentang apa yang membuat tipografi sangat megah. Itu semua sangatlah indah, bersejarah, dan artistik di mana science tidak dapat menangkap itu semua, dan saya kira itu semua sangatlah menakjubkan.

Tidak satu pun dari ini semua memiliki setidaknya harapan untuk menjadi sesuatu yang berguna bagi hidup saya. Akan tetapi sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendesain komputer Macintosh pertama, semuanya seperti datang kembali kepada saya. Dan saya mendesain semuanya ke dalam Mac. Komputer itu merupakan komputer pertama yang didesain dengan tipografi yang indah. Jika saya tidak pernah mengambil kuliah itu sewaktu di kampus, Mac tidak akan mungkin mempunyai beragam tipe huruf atau spasi huruf-huruf yang proporsional. Dan semenjak Windows mengkopi Mac, sepertinya tidak ada PC yang memiliki hak milik itu semua. Jika saya tidak pernah drop out, saya tidak akan pernah mengikuti kuliah kaligrafi dan PC mungkin tidak akan pernah memiliki tipografi yang indah. Tentu saja sangatlah mustahil untuk menghubungkan semua momen-momen di masa depan ketika saya masih di kampus. Tetapi sangat, sangat jelas ketika saya menghubungkannya sepuluh tahun kemudian.

Anda tidak akan pernah dapat menghubungkan momen-momen itu ke depan, anda hanya dapat menghubungkan itu semua dengan melihat ke belakang. Anda harus percaya kepada sesuatu – keberanian anda, takdir, hidup-mati, karma, apapun itu. Pendekatan ini tidak pernah membuat saya menyerah, akan tetapi membuat seluruh perubahan dalam hidup saya.

Cerita kedua tentang cinta dan kehilangan

Saya beruntung bahwa saya mengetahui apa yang ingin saya lakukan sejak awal. Woz dan saya memulai Apple di garasi rumah saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami berdua bekerja keras dan dalam sepuluh tahun Apple berkembang dari hanya dua orang dalam sebuah garasi menjadi perusahaan bernilai $2 milyar dengan lebih dari 4000 pekerja. Kami baru merilis ciptaan terbaik kami – Macintosh – setahun sebelumnya, di mana saat itu saya baru berusia 30 tahun. Akan tetapi kemudian saya dipecat. Bagaimana mungkin anda dipecat oleh perusahaan yang dibangun oleh anda sendiri? Well, dengan berkembangnya Apple kamu mempekerjakan orang-orang yang saya pikir sangat berbakat untuk menjalankan perusahaan dengan saya, dan untuk tahun-tahun pertama semuanya berjalan dengan sangat baik. Akan tetapi visi kami tentang masa depan menjadi berbeda dan kadang-kadang ini semua menjatuhkan kami. Sehingga akhirnya Dewan Direktur memutuskan berpihak kepadanya. Sehingga saat berusia 30 saya dipecat dan berita ini terpublikasi ke khalayak ramai. Apa yang menjadi fokus hidup saya hilang, dan itu semua sangatlah menghancurkan saya.

Saya benar-benar tidak mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk beberapa bulan. Saya merasa bahwa saya telah membiarkan generasi pengusaha sebelumnya runtuh. Saya bertemu dan meminta maaf kepada David Packard dan Bob Noyce. Kesalahan saya sudah diketahui oleh publik, sehingga melarikan diri dari valley pun tidak ada artinya. Kemudian, saya pun tersadar akan sesuatu: saya masih cinta apa yang saya lakukan. Peralihan yang terjadi di Apple tidak mempengaruhi pemikiran tersebut. Saya memang dipecat, tetapi saya masih mencintai bidang ini. Maka saya pun memutuskan untuk memulainya kembali.

Di kemudian hari, saya merasakan bahwa pemecatan saya oleh Apple merupakan hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya. Beban untuk menjadi sukses digantikan oleh langkah yang ringan sebagai seorang pemula lagi, sedikit keyakinan terhadap segala sesuatu. Hal tersebut membuat saya memasuki salah satu periode paling kreatif dalam hidup saya.

Dalam lima tahun selanjutnya, saya memulai sebuah perusahaan yang diberi nama NeXT dan Pixar, dan saya pun jatuh cinta kepada seorang wanita yang mempesona yang kemudian menjadi istri saya. Pixar kemudian memulai untuk menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang menjadi studio animasi film terbaik di dunia. Kemudian terjadi peralihan yang luar biasa, Apple membeli NeXT, saya kembali ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung teknologi Apple saat ini. Dan Laurene dan saya mempunyai sebuah keluarga yang bahagia.

Saya yakin semua tidak akan pernah terjadi jika saya tidak dipecat oleh Apple. Ini merupakan obat mujarab yang sangat pahit, tapi setiap pasien membutuhkannya, saya pikir. Kadang-kadang kehidupan menghancurkan anda dengan amat kejam. Jangan hilang kepercayaan. Saya yakin bahwa satu hal yang bisa membuat saya bertahan adalah bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan. Kita harus mencari apa yang sebenarnya kita cintai. Dan adalah benar bahwa pekerjaan kita adalah kekasih kita. Pekerjaan kita akan mengisi sebagian besar hidup kita. Dan satu-satunya jalan untuk bisa mencapai kepuasan sejati adalah melakukan apa yang kamu yakini adalah kerja yang hebat. Dan satu-satunya jalan melakukan kerja yang hebat adalah mencintai apa yang kamu lakukan. Jika kita belum menemukannya, carilah! Jangan diam! Karena ini semua berhubungan dengan hati, kita akan mengetahuinya ketika kita menemukannya. Dan seperti sebuah hubungan yang hebat, hal itu akan menjadi lebih baik dan lebih baik dengan bergulirnya waktu. Jadi, tetaplah mencarinya sampai kalian menemukannya. Jangan diam!

Cerita ketiga saya adalah tentang kematian

Ketika saya berumur 17 tahun, saya membaca sebuah moto: “Jika kita hidup setiap hari seperti hari terakhir bagi kita, kita akan menciptakan sesuatu yang benar-benar besar akhirnya.” Moto tersebut sangatlah mengesankan saya, dan sejak itu, selama hampir 33 tahun, saya bercermin setiap pagi dan bertanya kepada diri saya sendiri: “Jika hari ini adalah hari terakhir saya, apakah saya akan melakukan apa yang seharusnya saya lakukan?” Dan ketika jawabannya “tidak”, saya tau bahwa ada sesuatu yang harus saya rubah.

Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah alat yang sangat penting dalam membantu membuat pilihan-pilihan besar dalam hidup saya. Oleh karena hampir segalanya-- harapan, status, ketakutan, rasa malu, atau gagal—semuanya akan sirna ketika kita menghadapi kematian. Dan hanya meninggalkan apa yang benar-benar penting. Mengingat bahwa anda akan segera mati adalah jalan terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan pemikiran bahwa anda memiliki sesuatu yang harus anda lepaskan. Kita semua sudah telanjang. Tidak ada alasan anda tidak mengikuti apa kata hati anda.

Sekitar setahun lalu, saya didiagnosa mengidap kanker. Saya dipindai pada jam 7.30 pagi, dan hasilnya menunjukkan dengan jelas ada segumpal tumor pada pankreas saya. Saya bahkan tidak mengetahui apa itu pankreas. Dokter mengatakan bahwa ini merupakan jenis kanker yang hampir tidak dapat disembuhkan, dan harapan hidup saya tidak lebih dari tiga sampai enam bulan lagi. Dokter saya menyarankan saya untuk beristirahat di rumah dan melakukan hal-hal yang sangat saya inginkan, di mana ini merupakan sebuah kode darinya untuk mempersiapkan kematian. Ini berarti saya harus mencoba untuk menceritakan kepada anak-anak saya apa yang saya pikirkan dalam 10 tahun ke depan hanya dalam beberapa bulan. Ini berarti bahwa saya harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik sehingga segalanya menjadi lebih mudah bagi keluarga saya. Ini berarti saya harus mengucapkan perpisahan.

Saya hidup dengan diagnosis tersebut sepanjang hari. Sampai pada suatu senja saya melakukan biopsi, di mana mereka memasukkan sebuah endoskop ke tenggorokan, melewati perut, dan memasukkannya ke usus besar saya. Kemudian dokter akan memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel kanker dari tumornya. Saya sudah ikhlas, akan tetapi istri saya yang mendampingi saya, mengatakan bahwa ketika mereka mengamati sel-sel itu dengan mikroskop para dokter terharu mengetahui bahwa kanker tersebut berubah ke dalam bentuk kanker pankreas yang sangat jarang dan itu semua dapat disembuhkan dengan operasi bedah. Saya kemudian dibedah dan akhirnya saya baik-baik saja sekarang.

Waktu-waktu itu merupakan waktu yang paling dekat bagi saya menghadapi kematian, dan saya harapkan dalam beberapa dekade ke depan. Menghadapi itu semua, saya dapat mengatakan kepada kalian dengan sedikit lebih yakin waktu kematian merupakan sebuah konsep intelektual yang berguna dan murni:

Tidak ada seorang pun yang ingin mati. Bahkan orang yang menginginkan masuk surga pun tidak ingin mati untuk mendapatkannya. Namun kematian merupakan sebuan tujuan yang kita semua miliki. Tidak ada seorang pun yang dapat lolos darinya. Dan memang demikian adanya, karena kematian merupakan penemuan terhebat dalam kehidupan. Ia merupakan agen pengubah kehidupan. Ia akan menyingkarkan yang tua untuk membuka jalan bagi yang lebih muda. Sekarang ini masih baru bagi kalian, tetapi suatu hari tidak lama dari sekarang, kalian akan menjadi tua dan akan tersingkir. Maafkan jika terlalu didramatisasi, tapi ini benar adanya.

Waktu kita sangat terbatas, jadi jangan buang itu percuma untuk hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan suara-suara orang lain yang akan meredam suara hati kita sendiri. Dan yang terpenting, mempunyai keberanian untuk mengikuti hati dan intuisi anda. Entah bagaimana caranya, mereka telah mengetahui apa yang benar-benar kalian ingin lakukan. Selain itu semua hanyalah pelengkap.

Ketika saya masih muda, terdapat sebuah publikasi yang sangat mengagumkan yang bernama The Whole Earth Catalog, yang mirip seperti sebuah kitab suci dalam generasi saya. Publikasi ini diciptakan oleh seorang mahasiswa bernama Stewart Brand di Menlo Park, tidak jauh dari sini, dan dan dia membawanya ke dalam kehidupan dengan sentuhan puitisnya. Ini semua terjadi pada akhir tahun 1960-an, sebelum PC dipublikasikan, sehingga itu semua dibuat oleh juru tik, gunting, dan kamera polaroid. Ini semua seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum Google lahir; Itu semua sangatlah idealistis, dan dibanjiri dengan alat-alat dan pemikiran yang hebat.

Stewart dan timnya mempublikasikan beberapa issue dalam The Whole Earth Catalog, dan ketika dimulai kursus tentang itu, mereka mempublikasikan Final Issue. Itu terjadi pada pertengahan 70-an, ketika saya seusia kalian. Pada sampul belakang dari Final Issue mereka terdapat foto sebuah jalan di pedesaan pada waktu pagi hari, yang mungkin akan membuat kita berpikir untuk menjelajahinya jika kita berjiwa petualang. Di bawahnya terdapat kata-kata: “Stay Hungry.Stay Foolish.” Kata-kata tersebut merupakan pesan terakhir mereka sebelum mereka lulus. Stay Hungry. Stay Foolish. Dan saya selalu mengingatkannya kepada diri saya. Dan sekarang, dengan kelulusan kalian semua, saya mengharapakannya kepada kalian semua. Stay Hungry. Stay Foolish.

(terjemah bebas oleh dodi @ http://news-service.stanford.edu/news/2005/june15/jobs-061505.html)
Read More 2 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

24 Tahun Dalam Kenangan

"Dodi... selamat ulang tahun... selamat ulang tahun... selamat ulang tahun" (Titi, Telkom 2002)

"Ass Kang Dodi... selamat hari lahir ya. Semakin tua, semakin rumit pola pikirnya. Semoga sukses Senior!" (Yudhi, Telkom 2001)

"Dodi... Happy birthday to you. Semoga diberikan yang terbaik, masuk FTUI, diberikan kesehatan, cepat nyusul Wina (inget umur hehe), n yang paling penting jangan lupa traktir gw." (Vira, FTUI)

"We notice your birthday is coming up on 18 June. Here is a big HAPPY BIRTHDAY from all of us at karir.com, and we wish you all the best in your career and a great year ahead." (Karir.com)

"Ass. nambah satu tahun mudah-mudahan tambah sabar, tambah tenang, tambah cerdas dll. Semoga tercapai segala cita-cita, sehat selalu, dan jadi hamba Alloh yang bertakwa." (Nila, SEIN DVS)

"In your special day, we want to let you know it's great working with someone as wonderful as YOU! Here's wishing you a day that's as special as YOU are!" (Ega, SEIN HRD)

"Pak... selamat ulang taun ye, inget umur elo berkurang setaun, makin deket ma mati. Kapan makan-makannya? Gak usah pake lama deh, kan udah jadi karyawan tetap he..." (Mboy, Kondur)

"Happy Birthday! We wish you all the best on your BIG day!" (Jobsdb)

"... ente kan ultah bulan ini, liat aja tuh di Friendster..." (Rizki, Telkomsel)

"I feel so terrible :( I should have been with you today. I am sorry for not being with you on your birthday..." (Ayu, Unpad)

"Selamat ya Aa..." (Rima, SEIN VD)

Terima kasih teman, semoga Alloh meridhoi!

Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Logika Emosi

Tatkala hati
Terkungkung api emosi
Halu nurani
Seperti lepas kendali

Tatkala diri
Terjebak ego pribadi
Suara hati
Teredam gema arogansi

Haruskah nurani ini berdusta demi emosi abadi?
Haruskah diri ini terjajah demi ego pribadi?

Kembali kepada nilai hakiki
Saat manusia lahir dengan suci
Tanpa emosi dan ego pribadi
Karena Dia-lah pemilik abadi

(tundukkan hamba dalam kebersahajaan hidup ya robbi)
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Epilog Kebodohan Cinta (II)

"Please stop your cry dear. I can't stand hearing you cry. please stop"

Sms pun Adhi kirim berharap agar diri Ira membacanya, mencoba untuk menjelaskan kebodohannya tadi. Tapi handphone tetap tidak Ira aktifkan.

Jam pun berdentang 9 kali kala akhirnya Adhi mendengar nada sms delivered satu per satu. Ahh akhirnya kamu mengangkatnya,Ra gumam Adhi. Please reply my sms dear, begitu jerit bathinnya.

"Aku sudah nggak nangis lagi. Di, aku sangat mencintaimu. Jika segala yang kulakukan selama ini selalu kamu anggap sebagai kebaikan hatiku, dan bukan cinta. Bagaimana kata dapat lagi meyakinkan? Orang tuaku tersiksa karena harus memendam ini selama PULUHAN TAHUN!"

Huih, kenapa kamu nggak pernah menceritakan ini semua kepadaku,Ra. Memang aku tidak pernah menanyakan itu semua, tapi jikalau saja aku tahu ini sejak semula, tidak mungkin aku sanggup mengirim sms-sms yang membongkar traumamu. Adhi pun mencoba mengais percakapan-percakapan dia dengan Ira yang baru seumur jagung.

"Aku takut jika akhir dari cerita cinta kita sama dengan apa yang dialami orang tuaku. Aku gak akan akan ganggu kamu lagi. Aku pamit mundur"

Pamit mundur? Apa dia baru saja memutuskan aku, gumam Adhi mencoba menerka maksud dari kalimat terakhir Ira. Adhi pun mencoba membaca berulang-ulang, sehingga tanpa sadar ada yang hancur dalam dirinya. Ya, hatinya hancur dengan berita ini.

Dengan punahnya asa untuk mencoba menghibur Ira, Adhi kirimkan sms:

"Kamu merestui kematian hatiku? Ra, aku tergugu menangisi kematianku"

Dengan segenap kekuatan, Adhi pun mengambil air wudhu untuk mencoba menguatkan hatinya. Oohhh begini rasanya patah hati, gumamnya ketika membasuh muka. Ketika dia hendak menyeka air wudhu yang membasahi beberapa bagian terluar tubuhnya, terdengar sms terkirim.

"Di, kamu pasti lelah dengan kejadian ini, aku juga. Masalah ini hanya dapat diselesaikan dengan tatap muka".

Yah, akhirnya Ira masih memberikan Adhi kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini. Inilah satu dari kelebihan hubungan yang dibina Adhi dan Ira, bahwa mereka mampu untuk tidak membesar-besarkan masalah, meskipun sangat menyakiti hati mereka sendiri. Mereka sadar bahwa waktu perkenalan yang sedemikian sempit menyebabkan masing-masing dari mereka belum mengetahui sifat dan watak masing-masing.

Adhi pun mengirim sms terakhir:

"terima kasih dear"

Should be continued?
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Petualang-Pengkhayal

"Dod, pernah ke Bali belum?"

"Seru kali ya Dod kalo kita bisa berlibur ke Karimun Jawa"

"Pernah ngebayangin gak Dod kalo kita ngeliat Samudera Indonesia dari ketinggian Semeru"

Wah, kalo ditanya hal-hal di atas biasanya memori otak gw akan langsung mencari simpanan memori di hippocampus. Biasanya bagian otak gw ini akan memberikan ingatan dari buku, internet atau fotografi yang pernah gw baca atau lihat.

"Oooo...Bali emang indah lagi, coba aja elo bayangin bangungan-bangunan di sana tingginya gak ada yang seperti Jakarta, mencakar langit di mana-mana sehingga untuk melihat hamparan bintang di malam hari pun sudah sedemikian sulit"

"Karimun Jawa mungkin gak sebagus Bunaken dengan taman lautnya, tapi ketenangan dan kealamiannya amat menarik untuk dinkmati. Apalagi dengan pasir putihnya... wah lumayan dibanding ramainya Kuta atau pasir putihnya Lampung"

"Semeru gitu loch (dengan ch yang ditekankan... supaya terdengar seperti tulisan anak gaul Jakarta )... Malu lah kalo belum pernah naik gunung paling menjulang di Jawa ini... Godaan Ranu Kumbolo pasti bikin setiap pendaki gak bisa berpaling... Indah! Apatah lagi jika kita sudah sampai di puncak abadi para dewa itu, Hmmm rasa-rasanya hati ini akan berbuncah menikmati hamparan permadani dataran Jawa yang selama puluhan tahun kita diami.. Sangat mengharukan".

Tapi itu sekedar hafalan-hafalan tempat yang gw ingat-ingat, sama dengan menghafal berkabutnya Dieng, tumpah ruah remaja Dago, atau sunyinya kehidupan suku Badui.

Sebagai orang yang mengaku punya hobi travelling, memang daftar tempat-tempat bagus yang pernah gw kunjungin gak lebih dari jari tangan. Puncak, Dago, Cipanas, merupakan sederetan tempat yang tampak (tidak) spesial bagi seorang traveller. Tapi itulah... gw memang masih amat jarang menghirup aroma petualangan itu sendiri.

Dulu waktu gw smp-sma, keinginan gw terhambat karena gw gak punya duit untuk sekadar beli ransel atau parafin... Mending beli buku, begitu argumen gw waktu itu.Sekarang, ketika keinginan itu menjadi sedemikian kuat, dan finansial pun tidak menjadi halangan, Waktu lah yang tiba-tiba menjadi amat mahal bagi gw. Bekerja di Samsung amat sangat menguras energi gw, fisik maupun mental. Alhasil untuk nengokin keluarga aja butuh waktu lebih dari 10 bulan (maaf mak, pak!). Hmmm dalam pikir gw pun berkeluh kapan ya gw berhenti menjadi Petualang-Pengkhayal??!
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Asa Cinta di Tiga Kota

Bandung...
Blissfull moments are as a river reaches the shore.
Choices may alter fate but they won't stop the pursue for peace:
To love and to be loved in return.

As ramified thoughts yield to a pure heart, One seeks one's peace.
For the struggle should also a person be kindly judged,
Not merely a choice.


Depok...
Kutitipkan rasa rindu ini pada
Semburat mega,
Semilir angin,
Semerbak bunga,
Secercah sinar,

Meski asa itu tidak berbalas,
Biarkan ia sampai padamu.


Cikarang...
Finding you was the most precious treasure I'm looking for...
Like Santiago, I understood that true happiness is in my heart,
And I have you inside... I love you.
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Ekstensi UI Makin Mahal

Sebagaimana sudah menjadi niat gw di tahun baru kemarin, prioritas pertama gw untuk tahun ini adalah kuliah. Gw mempertimbangkan usia gw yang terus merangkak naik dan juga biaya kuliah yang sudah pasti akan terus menerus naik. Tanpa ada perubahan mentalitas pemerintah memprioritaskan pembangunan sumber daya manusia yang handal, mustahil biaya pendidikan akan turun! *should I wait til Im old? I think it's unwise*.

Well, seminggu kemarin kabar buruk itupun muncul. Vira, si cewek hiperaktif, sms gw dan ngasih tau bahwa biaya ekstensi UI tahun ini naek menjadi 8 juta. Gila! gw pun menyumpah dalam hati. Berarti dibanding tahun kemarin, biayanya naik 3 juta! Hitung-hitungannya seperti ini:
1. Biaya SPP : Rp. 4.500.000 *tahun kemarin Rp. 3.850.000*
2. Biaya DKFM : Rp. 75.000
3. Biaya DPP : Rp. 455.000
4. Biaya DP : Rp. 3.000.000 *tahun kemarin Rp.1.000.000*
(sumber: www.eng.ui.ac.id)

Untuk mastiin biayanya, gw pun menghubungi hotline ekstensi, dan yeap terbukti! langsung gw kalkulasi pengeluaran segitu dengan penerimaan yang akan gw terima selama May-Agustus. Aduh, pusing! Meskipun gw jor-joran lembur duit segitu bakalan berat gw dapetin mengingat gw juga mesti ngeluarin biaya hidup selama 4 bulan tersebut.

But, I'mnot that pessimist! Selama nafas masih berhembus, gw gak akan nyerah untuk mengejar impian gw. Bukan! jangan anggap gw sombong atau arogan, tapi gw sedang menyemangati diri gw sendiri. ........Innallaaha Laa yughayyiru maa bi quamin hattaa yughayyiruu maa bi anfusihim .... artinya "........Sesungguhnya Alloh tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri......... (Q.S :Ar Radu/13:11) . Ayat tersebut selalu gw pegang kukuh menyikapi berbagai opini-opini yang mampir di telinga gw.

Insya4JJI


Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Epilog Kebodohan Cinta

"Ra, terima kasih banget atas replynya; Tapi aku justru makin gak tenang"

Akhirnya Adhi balas juga email Ira, bukan dengan email, tapi langsung via sms.

Bodoh.... apa yang aku lakukan ya! begitu gumam Adhi dalam hati.

Sejurus kemudian Adhi pun mendengar nada sms delivered. Tapi dia tidak berharap Iraakan membalas karena dia tahu Ira kehilangan dompet kemarin. Di Korn.Net, pagi hari ketika Ira dan dia berkonfrontasi untuk yang ke-sekian kalinya.

Akhirnya Adhi kirim sms kedua.

"Jujur, aku sudah punya pilihan2 itu, tapi hati ini selalu kembali kepadamu. Salahkah?"

Sms delivered, tetap tak ada jawaban, sms ketiga meluncur.

"Ra, kamu adalah wanita yang teramat sangat mudah dicintai oleh orang lain!"

Sms delivered, tetap tak ada jawaban, sms keempat pun melayang.

"Yang aku inginkan adalah kamu meminta kita melanjutkan hubungan kita"

Sms delivered, tetap tak ada jawaban, Adhi pun menyerah karena dia pun tahu bahwa Ira tidak ada pulsa.

Semburat kekecewaan menyeruak di benak Adhi karena tak ada balasan dari Ira. Sama sekali seperti tidak ada usaha dia untuk mencoba mencari cara untuk menenangkan hatiku.

Akhirnya dengan kesal, Adhi pun kirim sms kelima.

"Kalo kamu pikir kamu siap untuk berpisah? Aku juga! Kalau kamu pikir tidak berharap dengan kelanjutan hubungan kita? Aku juga!"

Huih stupid! Apa yang aku lakukan, Adhi mengomel dalam hati. Kalau saja ada cara untuk meng-cancel sms terakhir itu, akan aku lakukan. Tapi tidak mungkin, bodoh!

Waktu maghrib tiba, dan Adhi pun menyudahi surfingnya. Malas naik ojek, Adhi pun menyusuri balut FISIP mencoba mengira-ngira apa yang sedang Ira pikirkan. Tapi, yang sudah ya sudah. tidak perlu ditangisi, begitu ego Adhi berbicara.

New message from The Soul: Read now? Adhi pun meng-klik lagi tombol navigator K500-nya untuk membaca sms Ira:

"Besok senin aku ke Depok, ngebaca sms-sms kamu bikin aku kangen dan sedih"

Deg, mati aku! gumamnya.... ternyata dia masih memikirkanku. Dan tiba-tiba terdengar sms delivered dari HP-nya. Ahh, ternyata dia belum membaca sms terakhirku.

Sejurus kemudian sms baru dari Ira pun meluncur:

"Plz stop dengan sms yang begitu negatif. Apakah kamu tidak sadar kamu sedang membuat luka besar di antara kita. Ayah dan Ibuku bercerai karena cinta yang meluap, tapi penuh ketidakyakinan. Apakah kamu tidak sadar bahwa selain kamu, aku juga kamu sakiti?"

Tanpa sadar airmata pun meleleh di sela-sela pipi Adhi. Ya, dia menangis mengapa mesti dia kirim sms terakhir itu.

"Kamu membuka traumaku Di!". Sms lain pun terkirim.

Langsung Adhi coba call dia, satu menit tidak diangkat sampai pesan voice mail pun terkirim. Dia ambil nafas panjang dan mencoba lagi, berulang-ulang. Tetap tidak ada jawaban! Akhirnya Adhi pun ke Syalisya coba telepon via Telkom. Tapi, tetap tidak ada jawaban. Sepertinya Ira memang menghindari komunikasi saat ini. Akhirnya dengan langkah gontai dia pun pulang ke kosnya.

Setibanya dari wartel, Adhi pun solat dan berdoa. "Ya Alloh, aku percaya Engkau adalah Maha Penyayang. Tolong selimuti dia dengan balutan hangat-Mu" Kembali tanpa dapat ditahan, air mata itu pun meleleh lagi.

should be continued...

Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post
Newer Posts Home

Color Paper

  • Tentang Blog Ini

      Berawal dari goresan pena pengalaman paling pribadi, untuk kemudian menyadari bahwa sebuah tulisan bisa menjadi alat yang lebih tajam daripada pisau dan lebih cepat dibanding peluru. Demikian, tulisan-tulisan di blog ini pun berevolusi menjadi tulisan dalam konteks yang lebih umum.


  • ShoutMix chat widget

    Followers

    deBlogger

    • e-no
      Seribu Bayang Purnama: Seribu Problema Pertanian Kita
      6 days ago
    • shandyisme
      Personal Loan Cancellation
      6 years ago
    • Ramadoni
    • Welcome to gegepoweranger.co.cc
    • I AM DITO
    • ãñÐrî ñâwáwï

    Blog Archive

    • ►  2009 (20)
      • ►  June (2)
      • ►  May (3)
      • ►  April (5)
      • ►  March (4)
      • ►  February (3)
      • ►  January (3)
    • ►  2008 (3)
      • ►  November (1)
      • ►  May (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2007 (3)
      • ►  December (1)
      • ►  July (1)
      • ►  April (1)
    • ►  2006 (11)
      • ►  October (1)
      • ►  July (7)
      • ►  June (2)
      • ►  February (1)
    • ▼  2005 (16)
      • ▼  December (1)
        • Habibie: Saya Menangis Saat Mengunjungi IPTN Makassar
      • ►  October (2)
        • Istimewakah Ramadhan?
        • Dealova
      • ►  August (2)
        • Berhenti atau jalan terus ...
        • Akhirnya lulus juga...
      • ►  July (3)
        • Gw benci K E K A L A H A N !
        • Epilog Kebodohan Cinta (III)
        • Karena Aku Mencintanya
      • ►  June (5)
        • "Stay Hungry. Stay Foolish"
        • 24 Tahun Dalam Kenangan
        • Logika Emosi
        • Epilog Kebodohan Cinta (II)
        • Petualang-Pengkhayal
      • ►  May (3)
        • Asa Cinta di Tiga Kota
        • Ekstensi UI Makin Mahal
        • Epilog Kebodohan Cinta

    Blog Statistik






    free counters

    • Home
    • Posts RSS
    • Comments RSS
    • Edit

    © Copyright Dhodie's blog. All rights reserved.
    Designed by FTL Wordpress Themes | Bloggerized by FalconHive.com
    brought to you by Smashing Magazine

    Back to Top