• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit

"Stay Hungry. Stay Foolish"

(Pidato Steve Jobs, pendiri Apple dan Pixar dalam acara Wisuda Universitas Stanford 2005)

Saya merasa terhormat bersama kalian hari ini dalam acara wisuda salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah diwisuda. Sejujurnya saya katakan, saat ini merupakan saat-saat terdekat saya pada sebuah acara wisuda. Hari ini saya ingin menceritakan kepada kalian 3 cerita pendek hidup saya. Hanya itu. Biasa-biasa saja. Hanya 3 cerita.

Cerita pertama tentang Penghubungan momen-momen.

Saya drop out dari Reed College setelah enam bulan pertama, tetapi saya tetap berada di lingkugan kampus selama kurang lebih 18 bulan sebelum saya benar-benar memutuskan untuk berhenti. Mengapa saya drop out?

Ini dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah seorang mahasiswi muda sebuah perguruan tinggi yang hamil di luar nikah dan dia memutuskan saya untuk diadopsi. Dia mempunyai keinginan yang kuat bahwa saya harus diadopsi oleh pasangan lulusan sebuah universitas, jadi segala sesuatunya sudah disiapkan dari awal bahwa saya akan diadopsi sejak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Selain itu, ketika saya dilahirkan mereka memutuskan bahwa mereka sangat menginginkan seorang bayi perempuan di menit-menit terakhir. Sehingga orangtua angkat saya, yang menunggu giliran, mendapat telepon di tengah malam: "Kami mempunyai seorang bayi lelaki yang tidak diharapkan, apakah kamu menginginkannya?" Mereka menjawab: "tentu!". Ibu kandung saya kemudian mengetahui bahwa ibu saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah saya tidak lulus SMA. Dia kemudian menolak untuk menandatangani perjanjian adopsi. Meskipun, akhirnya hatinya luluh ketika orangtua saya berjanji bahwa saya akan kuliah suatu hari nanti.

17 tahun kemudian, saya memang benar-benar kuliah. Waktu itu saya yang masih naif, memilih perguruan tinggi yang biaya pendidikannya hampir sama dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan yang dimiliki oleh orang tua saya habis untuk membiayai kuliah saya. Setelah enam bulan, saya tidak melihat bahwa hal ini sebegitu bernilainya. Sama sekali saya tidak tau apa yang sebenarnya ingin saya lakukan dalam hidup dan tidak tahu apakah kuliah akan menolong saya untuk menjawab itu semua. Di lain pihak, saya menghabiskan seluruh uang yang orang tua saya tabung sepanjang hidup mereka. Sehingga saya memutuskan untuk keluar dan mencoba untuk menguatkan diri bahwa apa yang saya lakukan tidak salah. Cukup menakutkan waktu itu, tetapi jika saya mengenang kembali, itu adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya buat. Saat saya memutuskan untuk keluar, saya dapat berhenti mengambil kelas-kelas yang tidak menarik perhatian saya, dan hanya menghadiri kelas yang benar-benar menarik.

Akan tetapi, tidak lah semuanya romantis. Saya tidak tinggal di asrama, sehingga harus tidur di lantai teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Cola untuk ditukar dengan 5 sen yang akan saya gunakan untuk membeli makanan, dan saya akan berjalan sejauh 7 mil (+/- 10km) menuju kota lain setiap minggu malam untuk memperoleh makanan yang baik di candi Hare Krishna. Saya sangat menyukainya. Kejadian-kejadian di mana saya menemui sandungan untuk mengikuti apa kata hati saya menjadi sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang nantinya. Saya berikan satu contoh:

Saat itu, Reed College menawarkan kuliah kaligrafi yang mungkin merupakan yang terbaik di negara ini. Di sepanjang kampus tiap poster dan label yang dibuat sangatlah indah. Oleh karena saya drop out dan tidak mengikuti kelas normal, saya memutuskan untuk mengambil kelas kaligrafi untuk belajar bagaimana membuat itu semua. Saya belajar tentang tipe-tipe serif dan san serif, variasi jumlah spasi yang diperlukan di antara kombinasi-kombinasi huruf yang berbeda, dan juga tentang apa yang membuat tipografi sangat megah. Itu semua sangatlah indah, bersejarah, dan artistik di mana science tidak dapat menangkap itu semua, dan saya kira itu semua sangatlah menakjubkan.

Tidak satu pun dari ini semua memiliki setidaknya harapan untuk menjadi sesuatu yang berguna bagi hidup saya. Akan tetapi sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendesain komputer Macintosh pertama, semuanya seperti datang kembali kepada saya. Dan saya mendesain semuanya ke dalam Mac. Komputer itu merupakan komputer pertama yang didesain dengan tipografi yang indah. Jika saya tidak pernah mengambil kuliah itu sewaktu di kampus, Mac tidak akan mungkin mempunyai beragam tipe huruf atau spasi huruf-huruf yang proporsional. Dan semenjak Windows mengkopi Mac, sepertinya tidak ada PC yang memiliki hak milik itu semua. Jika saya tidak pernah drop out, saya tidak akan pernah mengikuti kuliah kaligrafi dan PC mungkin tidak akan pernah memiliki tipografi yang indah. Tentu saja sangatlah mustahil untuk menghubungkan semua momen-momen di masa depan ketika saya masih di kampus. Tetapi sangat, sangat jelas ketika saya menghubungkannya sepuluh tahun kemudian.

Anda tidak akan pernah dapat menghubungkan momen-momen itu ke depan, anda hanya dapat menghubungkan itu semua dengan melihat ke belakang. Anda harus percaya kepada sesuatu – keberanian anda, takdir, hidup-mati, karma, apapun itu. Pendekatan ini tidak pernah membuat saya menyerah, akan tetapi membuat seluruh perubahan dalam hidup saya.

Cerita kedua tentang cinta dan kehilangan

Saya beruntung bahwa saya mengetahui apa yang ingin saya lakukan sejak awal. Woz dan saya memulai Apple di garasi rumah saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami berdua bekerja keras dan dalam sepuluh tahun Apple berkembang dari hanya dua orang dalam sebuah garasi menjadi perusahaan bernilai $2 milyar dengan lebih dari 4000 pekerja. Kami baru merilis ciptaan terbaik kami – Macintosh – setahun sebelumnya, di mana saat itu saya baru berusia 30 tahun. Akan tetapi kemudian saya dipecat. Bagaimana mungkin anda dipecat oleh perusahaan yang dibangun oleh anda sendiri? Well, dengan berkembangnya Apple kamu mempekerjakan orang-orang yang saya pikir sangat berbakat untuk menjalankan perusahaan dengan saya, dan untuk tahun-tahun pertama semuanya berjalan dengan sangat baik. Akan tetapi visi kami tentang masa depan menjadi berbeda dan kadang-kadang ini semua menjatuhkan kami. Sehingga akhirnya Dewan Direktur memutuskan berpihak kepadanya. Sehingga saat berusia 30 saya dipecat dan berita ini terpublikasi ke khalayak ramai. Apa yang menjadi fokus hidup saya hilang, dan itu semua sangatlah menghancurkan saya.

Saya benar-benar tidak mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk beberapa bulan. Saya merasa bahwa saya telah membiarkan generasi pengusaha sebelumnya runtuh. Saya bertemu dan meminta maaf kepada David Packard dan Bob Noyce. Kesalahan saya sudah diketahui oleh publik, sehingga melarikan diri dari valley pun tidak ada artinya. Kemudian, saya pun tersadar akan sesuatu: saya masih cinta apa yang saya lakukan. Peralihan yang terjadi di Apple tidak mempengaruhi pemikiran tersebut. Saya memang dipecat, tetapi saya masih mencintai bidang ini. Maka saya pun memutuskan untuk memulainya kembali.

Di kemudian hari, saya merasakan bahwa pemecatan saya oleh Apple merupakan hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya. Beban untuk menjadi sukses digantikan oleh langkah yang ringan sebagai seorang pemula lagi, sedikit keyakinan terhadap segala sesuatu. Hal tersebut membuat saya memasuki salah satu periode paling kreatif dalam hidup saya.

Dalam lima tahun selanjutnya, saya memulai sebuah perusahaan yang diberi nama NeXT dan Pixar, dan saya pun jatuh cinta kepada seorang wanita yang mempesona yang kemudian menjadi istri saya. Pixar kemudian memulai untuk menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang menjadi studio animasi film terbaik di dunia. Kemudian terjadi peralihan yang luar biasa, Apple membeli NeXT, saya kembali ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung teknologi Apple saat ini. Dan Laurene dan saya mempunyai sebuah keluarga yang bahagia.

Saya yakin semua tidak akan pernah terjadi jika saya tidak dipecat oleh Apple. Ini merupakan obat mujarab yang sangat pahit, tapi setiap pasien membutuhkannya, saya pikir. Kadang-kadang kehidupan menghancurkan anda dengan amat kejam. Jangan hilang kepercayaan. Saya yakin bahwa satu hal yang bisa membuat saya bertahan adalah bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan. Kita harus mencari apa yang sebenarnya kita cintai. Dan adalah benar bahwa pekerjaan kita adalah kekasih kita. Pekerjaan kita akan mengisi sebagian besar hidup kita. Dan satu-satunya jalan untuk bisa mencapai kepuasan sejati adalah melakukan apa yang kamu yakini adalah kerja yang hebat. Dan satu-satunya jalan melakukan kerja yang hebat adalah mencintai apa yang kamu lakukan. Jika kita belum menemukannya, carilah! Jangan diam! Karena ini semua berhubungan dengan hati, kita akan mengetahuinya ketika kita menemukannya. Dan seperti sebuah hubungan yang hebat, hal itu akan menjadi lebih baik dan lebih baik dengan bergulirnya waktu. Jadi, tetaplah mencarinya sampai kalian menemukannya. Jangan diam!

Cerita ketiga saya adalah tentang kematian

Ketika saya berumur 17 tahun, saya membaca sebuah moto: “Jika kita hidup setiap hari seperti hari terakhir bagi kita, kita akan menciptakan sesuatu yang benar-benar besar akhirnya.” Moto tersebut sangatlah mengesankan saya, dan sejak itu, selama hampir 33 tahun, saya bercermin setiap pagi dan bertanya kepada diri saya sendiri: “Jika hari ini adalah hari terakhir saya, apakah saya akan melakukan apa yang seharusnya saya lakukan?” Dan ketika jawabannya “tidak”, saya tau bahwa ada sesuatu yang harus saya rubah.

Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah alat yang sangat penting dalam membantu membuat pilihan-pilihan besar dalam hidup saya. Oleh karena hampir segalanya-- harapan, status, ketakutan, rasa malu, atau gagal—semuanya akan sirna ketika kita menghadapi kematian. Dan hanya meninggalkan apa yang benar-benar penting. Mengingat bahwa anda akan segera mati adalah jalan terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan pemikiran bahwa anda memiliki sesuatu yang harus anda lepaskan. Kita semua sudah telanjang. Tidak ada alasan anda tidak mengikuti apa kata hati anda.

Sekitar setahun lalu, saya didiagnosa mengidap kanker. Saya dipindai pada jam 7.30 pagi, dan hasilnya menunjukkan dengan jelas ada segumpal tumor pada pankreas saya. Saya bahkan tidak mengetahui apa itu pankreas. Dokter mengatakan bahwa ini merupakan jenis kanker yang hampir tidak dapat disembuhkan, dan harapan hidup saya tidak lebih dari tiga sampai enam bulan lagi. Dokter saya menyarankan saya untuk beristirahat di rumah dan melakukan hal-hal yang sangat saya inginkan, di mana ini merupakan sebuah kode darinya untuk mempersiapkan kematian. Ini berarti saya harus mencoba untuk menceritakan kepada anak-anak saya apa yang saya pikirkan dalam 10 tahun ke depan hanya dalam beberapa bulan. Ini berarti bahwa saya harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik sehingga segalanya menjadi lebih mudah bagi keluarga saya. Ini berarti saya harus mengucapkan perpisahan.

Saya hidup dengan diagnosis tersebut sepanjang hari. Sampai pada suatu senja saya melakukan biopsi, di mana mereka memasukkan sebuah endoskop ke tenggorokan, melewati perut, dan memasukkannya ke usus besar saya. Kemudian dokter akan memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel kanker dari tumornya. Saya sudah ikhlas, akan tetapi istri saya yang mendampingi saya, mengatakan bahwa ketika mereka mengamati sel-sel itu dengan mikroskop para dokter terharu mengetahui bahwa kanker tersebut berubah ke dalam bentuk kanker pankreas yang sangat jarang dan itu semua dapat disembuhkan dengan operasi bedah. Saya kemudian dibedah dan akhirnya saya baik-baik saja sekarang.

Waktu-waktu itu merupakan waktu yang paling dekat bagi saya menghadapi kematian, dan saya harapkan dalam beberapa dekade ke depan. Menghadapi itu semua, saya dapat mengatakan kepada kalian dengan sedikit lebih yakin waktu kematian merupakan sebuah konsep intelektual yang berguna dan murni:

Tidak ada seorang pun yang ingin mati. Bahkan orang yang menginginkan masuk surga pun tidak ingin mati untuk mendapatkannya. Namun kematian merupakan sebuan tujuan yang kita semua miliki. Tidak ada seorang pun yang dapat lolos darinya. Dan memang demikian adanya, karena kematian merupakan penemuan terhebat dalam kehidupan. Ia merupakan agen pengubah kehidupan. Ia akan menyingkarkan yang tua untuk membuka jalan bagi yang lebih muda. Sekarang ini masih baru bagi kalian, tetapi suatu hari tidak lama dari sekarang, kalian akan menjadi tua dan akan tersingkir. Maafkan jika terlalu didramatisasi, tapi ini benar adanya.

Waktu kita sangat terbatas, jadi jangan buang itu percuma untuk hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan suara-suara orang lain yang akan meredam suara hati kita sendiri. Dan yang terpenting, mempunyai keberanian untuk mengikuti hati dan intuisi anda. Entah bagaimana caranya, mereka telah mengetahui apa yang benar-benar kalian ingin lakukan. Selain itu semua hanyalah pelengkap.

Ketika saya masih muda, terdapat sebuah publikasi yang sangat mengagumkan yang bernama The Whole Earth Catalog, yang mirip seperti sebuah kitab suci dalam generasi saya. Publikasi ini diciptakan oleh seorang mahasiswa bernama Stewart Brand di Menlo Park, tidak jauh dari sini, dan dan dia membawanya ke dalam kehidupan dengan sentuhan puitisnya. Ini semua terjadi pada akhir tahun 1960-an, sebelum PC dipublikasikan, sehingga itu semua dibuat oleh juru tik, gunting, dan kamera polaroid. Ini semua seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum Google lahir; Itu semua sangatlah idealistis, dan dibanjiri dengan alat-alat dan pemikiran yang hebat.

Stewart dan timnya mempublikasikan beberapa issue dalam The Whole Earth Catalog, dan ketika dimulai kursus tentang itu, mereka mempublikasikan Final Issue. Itu terjadi pada pertengahan 70-an, ketika saya seusia kalian. Pada sampul belakang dari Final Issue mereka terdapat foto sebuah jalan di pedesaan pada waktu pagi hari, yang mungkin akan membuat kita berpikir untuk menjelajahinya jika kita berjiwa petualang. Di bawahnya terdapat kata-kata: “Stay Hungry.Stay Foolish.” Kata-kata tersebut merupakan pesan terakhir mereka sebelum mereka lulus. Stay Hungry. Stay Foolish. Dan saya selalu mengingatkannya kepada diri saya. Dan sekarang, dengan kelulusan kalian semua, saya mengharapakannya kepada kalian semua. Stay Hungry. Stay Foolish.

(terjemah bebas oleh dodi @ http://news-service.stanford.edu/news/2005/june15/jobs-061505.html)
Read More 2 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

24 Tahun Dalam Kenangan

"Dodi... selamat ulang tahun... selamat ulang tahun... selamat ulang tahun" (Titi, Telkom 2002)

"Ass Kang Dodi... selamat hari lahir ya. Semakin tua, semakin rumit pola pikirnya. Semoga sukses Senior!" (Yudhi, Telkom 2001)

"Dodi... Happy birthday to you. Semoga diberikan yang terbaik, masuk FTUI, diberikan kesehatan, cepat nyusul Wina (inget umur hehe), n yang paling penting jangan lupa traktir gw." (Vira, FTUI)

"We notice your birthday is coming up on 18 June. Here is a big HAPPY BIRTHDAY from all of us at karir.com, and we wish you all the best in your career and a great year ahead." (Karir.com)

"Ass. nambah satu tahun mudah-mudahan tambah sabar, tambah tenang, tambah cerdas dll. Semoga tercapai segala cita-cita, sehat selalu, dan jadi hamba Alloh yang bertakwa." (Nila, SEIN DVS)

"In your special day, we want to let you know it's great working with someone as wonderful as YOU! Here's wishing you a day that's as special as YOU are!" (Ega, SEIN HRD)

"Pak... selamat ulang taun ye, inget umur elo berkurang setaun, makin deket ma mati. Kapan makan-makannya? Gak usah pake lama deh, kan udah jadi karyawan tetap he..." (Mboy, Kondur)

"Happy Birthday! We wish you all the best on your BIG day!" (Jobsdb)

"... ente kan ultah bulan ini, liat aja tuh di Friendster..." (Rizki, Telkomsel)

"I feel so terrible :( I should have been with you today. I am sorry for not being with you on your birthday..." (Ayu, Unpad)

"Selamat ya Aa..." (Rima, SEIN VD)

Terima kasih teman, semoga Alloh meridhoi!

Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Logika Emosi

Tatkala hati
Terkungkung api emosi
Halu nurani
Seperti lepas kendali

Tatkala diri
Terjebak ego pribadi
Suara hati
Teredam gema arogansi

Haruskah nurani ini berdusta demi emosi abadi?
Haruskah diri ini terjajah demi ego pribadi?

Kembali kepada nilai hakiki
Saat manusia lahir dengan suci
Tanpa emosi dan ego pribadi
Karena Dia-lah pemilik abadi

(tundukkan hamba dalam kebersahajaan hidup ya robbi)
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Epilog Kebodohan Cinta (II)

"Please stop your cry dear. I can't stand hearing you cry. please stop"

Sms pun Adhi kirim berharap agar diri Ira membacanya, mencoba untuk menjelaskan kebodohannya tadi. Tapi handphone tetap tidak Ira aktifkan.

Jam pun berdentang 9 kali kala akhirnya Adhi mendengar nada sms delivered satu per satu. Ahh akhirnya kamu mengangkatnya,Ra gumam Adhi. Please reply my sms dear, begitu jerit bathinnya.

"Aku sudah nggak nangis lagi. Di, aku sangat mencintaimu. Jika segala yang kulakukan selama ini selalu kamu anggap sebagai kebaikan hatiku, dan bukan cinta. Bagaimana kata dapat lagi meyakinkan? Orang tuaku tersiksa karena harus memendam ini selama PULUHAN TAHUN!"

Huih, kenapa kamu nggak pernah menceritakan ini semua kepadaku,Ra. Memang aku tidak pernah menanyakan itu semua, tapi jikalau saja aku tahu ini sejak semula, tidak mungkin aku sanggup mengirim sms-sms yang membongkar traumamu. Adhi pun mencoba mengais percakapan-percakapan dia dengan Ira yang baru seumur jagung.

"Aku takut jika akhir dari cerita cinta kita sama dengan apa yang dialami orang tuaku. Aku gak akan akan ganggu kamu lagi. Aku pamit mundur"

Pamit mundur? Apa dia baru saja memutuskan aku, gumam Adhi mencoba menerka maksud dari kalimat terakhir Ira. Adhi pun mencoba membaca berulang-ulang, sehingga tanpa sadar ada yang hancur dalam dirinya. Ya, hatinya hancur dengan berita ini.

Dengan punahnya asa untuk mencoba menghibur Ira, Adhi kirimkan sms:

"Kamu merestui kematian hatiku? Ra, aku tergugu menangisi kematianku"

Dengan segenap kekuatan, Adhi pun mengambil air wudhu untuk mencoba menguatkan hatinya. Oohhh begini rasanya patah hati, gumamnya ketika membasuh muka. Ketika dia hendak menyeka air wudhu yang membasahi beberapa bagian terluar tubuhnya, terdengar sms terkirim.

"Di, kamu pasti lelah dengan kejadian ini, aku juga. Masalah ini hanya dapat diselesaikan dengan tatap muka".

Yah, akhirnya Ira masih memberikan Adhi kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini. Inilah satu dari kelebihan hubungan yang dibina Adhi dan Ira, bahwa mereka mampu untuk tidak membesar-besarkan masalah, meskipun sangat menyakiti hati mereka sendiri. Mereka sadar bahwa waktu perkenalan yang sedemikian sempit menyebabkan masing-masing dari mereka belum mengetahui sifat dan watak masing-masing.

Adhi pun mengirim sms terakhir:

"terima kasih dear"

Should be continued?
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Petualang-Pengkhayal

"Dod, pernah ke Bali belum?"

"Seru kali ya Dod kalo kita bisa berlibur ke Karimun Jawa"

"Pernah ngebayangin gak Dod kalo kita ngeliat Samudera Indonesia dari ketinggian Semeru"

Wah, kalo ditanya hal-hal di atas biasanya memori otak gw akan langsung mencari simpanan memori di hippocampus. Biasanya bagian otak gw ini akan memberikan ingatan dari buku, internet atau fotografi yang pernah gw baca atau lihat.

"Oooo...Bali emang indah lagi, coba aja elo bayangin bangungan-bangunan di sana tingginya gak ada yang seperti Jakarta, mencakar langit di mana-mana sehingga untuk melihat hamparan bintang di malam hari pun sudah sedemikian sulit"

"Karimun Jawa mungkin gak sebagus Bunaken dengan taman lautnya, tapi ketenangan dan kealamiannya amat menarik untuk dinkmati. Apalagi dengan pasir putihnya... wah lumayan dibanding ramainya Kuta atau pasir putihnya Lampung"

"Semeru gitu loch (dengan ch yang ditekankan... supaya terdengar seperti tulisan anak gaul Jakarta )... Malu lah kalo belum pernah naik gunung paling menjulang di Jawa ini... Godaan Ranu Kumbolo pasti bikin setiap pendaki gak bisa berpaling... Indah! Apatah lagi jika kita sudah sampai di puncak abadi para dewa itu, Hmmm rasa-rasanya hati ini akan berbuncah menikmati hamparan permadani dataran Jawa yang selama puluhan tahun kita diami.. Sangat mengharukan".

Tapi itu sekedar hafalan-hafalan tempat yang gw ingat-ingat, sama dengan menghafal berkabutnya Dieng, tumpah ruah remaja Dago, atau sunyinya kehidupan suku Badui.

Sebagai orang yang mengaku punya hobi travelling, memang daftar tempat-tempat bagus yang pernah gw kunjungin gak lebih dari jari tangan. Puncak, Dago, Cipanas, merupakan sederetan tempat yang tampak (tidak) spesial bagi seorang traveller. Tapi itulah... gw memang masih amat jarang menghirup aroma petualangan itu sendiri.

Dulu waktu gw smp-sma, keinginan gw terhambat karena gw gak punya duit untuk sekadar beli ransel atau parafin... Mending beli buku, begitu argumen gw waktu itu.Sekarang, ketika keinginan itu menjadi sedemikian kuat, dan finansial pun tidak menjadi halangan, Waktu lah yang tiba-tiba menjadi amat mahal bagi gw. Bekerja di Samsung amat sangat menguras energi gw, fisik maupun mental. Alhasil untuk nengokin keluarga aja butuh waktu lebih dari 10 bulan (maaf mak, pak!). Hmmm dalam pikir gw pun berkeluh kapan ya gw berhenti menjadi Petualang-Pengkhayal??!
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post
Newer Posts Older Posts Home

Color Paper

  • Tentang Blog Ini

      Berawal dari goresan pena pengalaman paling pribadi, untuk kemudian menyadari bahwa sebuah tulisan bisa menjadi alat yang lebih tajam daripada pisau dan lebih cepat dibanding peluru. Demikian, tulisan-tulisan di blog ini pun berevolusi menjadi tulisan dalam konteks yang lebih umum.


  • ShoutMix chat widget

    Followers

    deBlogger

    • e-no
      Seribu Bayang Purnama: Seribu Problema Pertanian Kita
      6 days ago
    • shandyisme
      Personal Loan Cancellation
      6 years ago
    • Ramadoni
    • Welcome to gegepoweranger.co.cc
    • I AM DITO
    • ãñÐrî ñâwáwï

    Blog Archive

    • ►  2009 (20)
      • ►  June (2)
      • ►  May (3)
      • ►  April (5)
      • ►  March (4)
      • ►  February (3)
      • ►  January (3)
    • ►  2008 (3)
      • ►  November (1)
      • ►  May (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2007 (3)
      • ►  December (1)
      • ►  July (1)
      • ►  April (1)
    • ►  2006 (11)
      • ►  October (1)
      • ►  July (7)
      • ►  June (2)
      • ►  February (1)
    • ▼  2005 (16)
      • ►  December (1)
      • ►  October (2)
      • ►  August (2)
      • ►  July (3)
      • ▼  June (5)
        • "Stay Hungry. Stay Foolish"
        • 24 Tahun Dalam Kenangan
        • Logika Emosi
        • Epilog Kebodohan Cinta (II)
        • Petualang-Pengkhayal
      • ►  May (3)

    Blog Statistik






    free counters

    • Home
    • Posts RSS
    • Comments RSS
    • Edit

    © Copyright Dhodie's blog. All rights reserved.
    Designed by FTL Wordpress Themes | Bloggerized by FalconHive.com
    brought to you by Smashing Magazine

    Back to Top