• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit

Gw benci K E K A L A H A N !

Yap, gw emang paling gak suka dengan yang namanya K E K A L A H A N. Pil pahit kekalahan pertama dan terakhir yang harus gw telan adalah kompetisi olahraga dalam rangka memeriahkan Ulang Tahun Samsung ke-14. Pertama, karena ini adalah kompetisi olahraga beregu pertama yang gw ikutin. Terakhir, karena sebelumnya gw pun pernah menelan pil pahit itu waktu ikut kompetisi bulutangkis antar karyawan Samsung.

Dulu, gw punya minat yang kuat sama olahraga bulutangkis dan tenis. Tapi, berhubung kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk membeli peralatan yang cukup mahal, dan juga waktu itu gw gak punya temen yang punya minat yang sama, keinginan itu pun tidak tersalurkan (atau emang gw juga waktu itu gak terlalu tertarik ama dunia olahraga, karena terlalu fokus sama belajar ;)).

Hal itu berubah sewaktu kuliah. Sewaktu semester 4, Jurusan Elektro ngebangun lapangan bulutangkis di antara Bengkel Elektronika dan Listrik. Gw dan temen-temen waktu itu iseng-iseng maen, sampai akhirnya addicted to badminton ;). Bayangin aja, gak peduli matahari menyengat tepat di atas kepala, perut keroncongan, kita tetep aja maen karena waktu itu lapangan bulutangkis jadi rebutan anak-anak elektro. Sampai satu bulan sebelum kita ngerjain TA-pun, maen badminton masih jadi agenda sehari-hari. Mungkin karena ini pula, angkatan gw menjadi angkatan terbanyak yang gak lulus kuliah tepat pada waktunya (Hampir hanya separuh yang diwisuda pada waktu itu juga-tapi kelompok gw termasuk salah satunya). Bahkan, pernah waktu angkatan adik kelas gw nyiapin kuliah umum, kami main sampe jam 1 pagi. Wah, seru banget waktu itu karena teriakan-teriakan kami sampe bikin satpam-satpam di kampus ngirain ada rampok hehehe. Sori pak!

Kebiasaan ini masih terus dilakukan sampe sekarang (hampir 2 tahun sejak pertama kali maen bulutangkis di kampus). Gw, Zai, Jaya, Adji, Joe, dan Egi maen bulutangkis setiap hari minggu. Biasanya, kami maen mulai jam 2 sore sampe 7 malem. Bahkan, kalau lampu lapangan menyala dengan sempurna, kami bisa main sampe jam 9 malem. Setelah maen, kami berempat biasanya nonton TV di kos gw. Wah, kegiatan yang bener-bener jadi penolong gw dari rutinitas kerja di Samsung.

*
Kebiasaan latihan di kampus pun akhirnya membawa gw untuk latihan di Samsung. Darmawan dan Haris yang waktu itu memprakarsai bikin lapangan bulutangkis di Samsung Head Quarter, ngajak gw untuk ikutan. Akhirnya, selain minggu, jadwal latihan gw pun bertambah jadi kamis dan minggu. Wah, bener-bener waktu-waktu sekarang merupakan waktu terbaik sejak gw kerja di Samsung, karena tidak ada kewajiban lembur dari bos, dan gw pun bisa nyalurin hobi gw. Tapi yang terpenting sih kerjaan gw dah gak nemuin masalah-masalah lagi :).

Lama kelamaan, kebiasaan latihan bulutangkis pun dilakukan oleh divisi-divisi lain. Sampai akhirnya, ada ide untuk mengadakan kompetisi bulutangkis khusus ganda putra. Divisi gw waktu itu ngirimin 3 pasangan, Darmawan-Wahyu, Mulyadi-Ferry, dan Oky-Dodi. Oleh karena intensitas latihan yang kalah jauh dibanding lawan, Mulyadi-Ferry kalah 1-30 dari pasangan Mirzon-Risman, dan gw sendiri yang berpasangan sama Oky cuman dikasih angka 7 oleh pasangan OMS. Waktu itu, gw bisa nerima kekalahan karena memang lawan maennya solid dan sangat berpengalaman. Sementara gw dan Oky baru pertama kali dipasangkan. Ini adalah kekalahan pertama gw ikut kompetisi olahraga. Sementara itu Darmawan-Wahyu berhasil lolos sampai babak kedua, sebelum dijegal Rudi dan pasangannya dari Admin.

*

Tapi, yang menyakitkan adalah ketika kita harus berhenti bermain di saat kemenangan sudah kita capai. Itu yang terjadi saat gw ikut sebagai komponen inti Tim Bulutangkis VD bersama Darmawan, Wahyu, Mulyadi, Oky, Ferry, dan Rima. Pada pertandingan pertama, kenyataan membuktikan sekali lagi bahwa latihan yang intensif mampu meredam bakat-bakat natural yang dimiliki oleh tim kami (ciee..). Tim Admin yang waktu itu diwakili oleh karyawan-karyawan yang sudah berumur, menggusur kami dengan skor telak 4-1. Waktu itu, gw memang sudah memprediksi kami bakal kalah karena strategi yang kurang bagus, keikutsertaan didasarkan atas semangat partisipasi demi mendapat kaos bulutangkis yang bagus. Urrgghh, sebenernya dalam hati gw meradang ngedenger komentar-komentar 'pecundang' temen-temen gw: "Biarin kalah, yang penting dapat kaos". Bener-bener waktu itu gw sampe gak semangat ngedenger niatan orang-orang yang gak punya totalitas itu. Tapi, dengan niatan bahwa bendera VD harus tetap tegak, gw yang berpasangan dengan Ferry bisa mempersembahkan satu-satunya angka bagi VD, kami berdua menang 30-21.

Di pertandingan kedua, yang merupakan partai hidup-mati bagi kami, strategi pun diubah. Tunggal putra yang sebelumnya diwakili Umbu sekarang dipercayakan oleh Mulyadi, meski akhirnya kalah juga melawan pemain OMS 1 yang sangat-sangat kuat. Rima, yang masih belum melupakan kekalahannya dari Admin waktu pertandingan pertama (sampai harus gw bujuk supaya tetap main), di luar dugaan berhasil menang dengan angka yang cukup telak 22-12. Ini tidak terlepas dari strategi "jangan kasih orangnya" yang berulang kali diingatkan oleh gw, Darmawan, dan Mulyadi. Di partai selanjutnya penampilan Darmawan-Wahyu yang sudah tidak 'sehati' lagi menjadi bumerang bagi tim kami. Pengalaman dan teknik bagus yang dimiliki oleh mereka berdua tidak keluar saat bermain, dan akhirnya harus menyerah 22-30. Skor 1-2 untuk OMS 1.

Pada partai selanjutnya, gw berpasangan dengan Ismail, menggantikan Ferry yang harus support tim basket. Gw pilih Ismail karena defense dia sangat bagus, sewaktu latihan berulang kali smash gw masih bisa dikembalikan dengan baik olehnya. Akhirnya dengan modal ketenangan Ismail yang bermain apik ditambah semangat berkobar-kobar dari gw untuk menyamakan kedudukan, berhasil menyamakan kedudukan 2-2 dengan mengalahkan pasangan OMS 1, 30-21.

Di partai terakhir, Oky yang kali ini berpasangan dengan Purnawan, berulang kali tidak mampu memikul beban mental sebagai penentu kemenangan. Bahkan, Purnawan yang sebelum bermain sempat dipertanyakan kemampuannya, mampu menampilkan permainan apik nan solid. Tertinggal jauh di setengah set awal, pasangan VD ini bisa memperpendek jarak menjadi 22-27, sebelum akhirnya harus takluk 22-30 karena beberapa kali pukulan tidak akurat yang dilakukan.

Akhir cerita, tim bulutangkis VD pun harus mengubur mimpi melaju ke semifinal, dengan kekalahan menyakitkan 2-3 dari OMS 1.
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Epilog Kebodohan Cinta (III)

Sepanjang malam Adhi mencoba untuk merenungi trauma yang dialami oleh Ira. Banyak anak-anak yang masa depannya suram dengan perceraian yang dialami orang tuanya. Narkoba atau hal-hal buruk lainnya seringkali menjadi pelarian atas jawaban perceraian orangtuanya. Kalau pun tidak, anak tersebut akan berubah menjadi pribadi yang sangat introvert, tidak percaya diri, dan pemurung.

Tapi Ira tidak begitu. Jika diamati dari penampilannya, dia cukup percaya diri. Anggun, begitu Adhi menyebutnya. Jauh dari kesan perempuan kampus yang harus berkutat dengan buku. Bahkan kadang-kadang, Adhi merasa risih kalau berjalan dengannya. Meski hal itu akan hilang dengan sendirinya kala perhatian Ira hanya tertuju kepadanya.Fokus-begitu Ira menyebutnya- lah yang membuat Adhi tertarik kepada Ira. Ingatan-ingatan tentang kebersamaan yang dijalani oleh mereka berdua akhirnya membawa Adhi ke gerbang mimpi dengan sesungging senyuman.

"Dhi, aku sudah di Depok. Kita ketemu di tempat biasa ya.. Tapi aku mau ke Perpus pusat dulu. Ada bahan-bahan kuliah yang harus aku pelajari" sms pun terluncur ke handphone Adhi keesokan harinya.
"Take your time, dear. Aku juga masih di kantor. Sebentar lagi aku off . Bagaimana kalau kita ketemu jam 3?" Adhi menjawab sms Ira.
"Oke, Dhi. Sampai ketemu di sana" Ira menjawab cepat.

Tempat itu selalu dijadikan tempat pertemuan Adhi dan Ira. Pinggiran danau, dekat dengan Masjid Ukhuwah Islamiyah (MUI). Rerindang pepohonan, gemericik air, serta helaan teduhnya angin mampu meruntuhkan sendi-sendi "kepenatan hidup" setiap insan yang berniat untuk melepas lelah di sana. Adhi pun tiba di sana ketika beberapa pasang anak manusia sudah terduduk di bangku taman, ada yang bersenda gurau, ada yang menampakkan wajah serius, dan ada pula yang hanya bermimik pasi. Keberagaman ekspresi yang timbul karena peristiwa-peristiwa yang dialami oleh mereka, yang menginginkan agar danau UI memberi solusi atas masalah yang menimpa mereka, meski hanya untuk satu helaan nafas panjang.

Adhi mengambil tempat selurus dengan Fasilkom. Lebih terjaga hati kita dengan adanya orang yang lalu-lalang di sekitar kita, begitu Ira memberikan alasan kepadanya. Lalu, ia pun mengambil sehelai daun jati yang meranggas, sementara tas gembloknya pun ia jadikan sebagai pengganjal pinggang. Sejenak Adhi pun larut dalam keheningan ketika ia melihat wajah gontai yang mendekatinya. Ah, aku harap kamu baik-baik saja, dear, gumam Adhi.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Adhi khawatir."Urusanku banyak yang tertunda Dhi. Mahasiswa yang kubimbing masih bermasalah, sedangkan aku sendiri masih harus menyiapkan tesisku karena sudah telat 2 bulan lebih" tutur Ira sambil melongsorkan tubuhnya di atas rerumputan."Kenapa lagi dengan mahasiswamu?" tanya Adhi lagi."Kemarin baru aku temukan bahwa dia mencoba memplagiat karya tulis orang lain. Berengsek!" Nada Ira menaik karena merasa dibohongi oleh mahasiswa yang sudah banyak dibantunya itu."Sabar dear, kadang-kadang deadline bisa membuat mereka gelap mata" Adhi coba memberikan pengertian. "Sama sekali bukan alasan yang dapat dibenarkan!" sungut Ira. Adhi pun terdiam dan hanya tersenyum kepada Ira karena ia tahu seberapa kukuh pendirian kekasihnya itu. Ira yang baru tersadar diperhatikan seperti itu, hanya berujar pelan "Maaf Dhi, aku emosi sekali hari ini". Adhi pun hanya mengembangkan senyumnya.

"Ra, aku minta maaf atas kejadian waktu itu" tutur Adhi mencoba memulai tujuan dari pertemuan mereka. "Kalau saja aku tahu kejadian kemarin akan membuka traumamu.." Adhi berusaha melanjutkan kalimatnya ketika tiba-tiba ia melihat tatapan mata Ira menghentikannya untuk tetap bersuara."Kamu gak salah Dhi karena aku pun tidak pernah cerita ke kamu" gumam Ira samar."Perceraian orangtuaku merupakan hal yang paling membuatku hancur. Kamu tau penyebabnya?"Tanya Ira dengan tidak melepaskan pandangannya ke danau."Aku tidak ingin menebak-nebaknya dear. Pengalamanku mengajarkan bahwa buruk sangka itu tidak akan pernah berguna" Adhi pun menghela nafas mencoba mengusir perasaan bersalahnya kepada Ira.

"Sewaktu pertama kali bertemu, ayah dan ibuku yakin bahwa mereka saling mencintai. Keyakinan yang akhirnya terkalahkan ketika ayahku selalu mempertanyakan apakah dia layak menjadi pendamping Ibu. Ternyata tiga buah hati mereka belum cukup membuktikan bahwa Ibu benar-benar mencintainya. Bisa kamu bayangkan bagaimana hancurnya hati Ibu ketika ayahku tidak mampu mengalahkan dengungan pertanyaan itu?" Suara Ira makin parau karena berusaha untuk tidak menangis.

"Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, mereka bercerai.Kamu tau siapa yang paling dirugikan diantara kami semua?" Tanya Ira yang disambut gelengan Adhi. "Kami semua menderita Dhi. Ibu sering melarikan diri dengan pekerjaannya, sering lupa untuk mengurus dirinya sendiri. Ayahku sekarang hanya tinggal sendiri di sepetak tanah di Bali. Dan kami, anak-anaknya, kehilangan kepercayaan dengan yang namanya kasih-sayang!" akhirnya tangis itu pun pecah.
Adhi pun mendekatkan wajahnya ke wajah Ira sehingga kedua mata mereka pun bertemu."Hentikan kalau memang kamu hanya akan lebih menderita Ra..Cukup!" Setitik air pun mengambang di mata Adhi karena tak kuasa melihat tangisan Ira.

"Sejujurnya ketidakyakinanku timbul karena aku tidak mensyukuri anugerah yang telah Alloh berikan kepadaku. Aku tidak mencoba untuk meresapi indahnya kebersamaan yang telah kita jalani. Kalau saja kala itu aku bisa melihat dari sudut pandang yang lebih positif, tidak akan bibit ketidakyakinan itu bersemayam di hatiku." Jelas Adhi."Sekarang aku yakin bahwa kita saling memerlukan, Ra. Aku gak butuh orang lain lagi untuk menemani hidupku karena aku sudah punya kamu, dear. Sekarang, aku ingin kita menutup luka-luka lama kita untuk membuka lembaran baru bagi kita berdua, bagaimana?" Tanya Adhi kepada Ira yang telah menghentikan tangisnya. "Kamu yakin kita akan berhasil?" sekilas ekspresi ketidakyakinan menyeruak di benak Ira. Adhi mengangguk tegas.

Dan seketika itu pula guratan senyum hadir di wajah mereka.
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Karena Aku Mencintanya

Obrolan 1:
A :"Ngapain sih Dod kos jauh-jauh di Depok, kaya' dah keabisan tempat aja"
Gw: Nyengir...

Obrolan 2:
B :"Depok itu jauh lagi. Gue kemaren ke sono. Wah dah kaya pergi ke desa terpencil?!"
Gw: Dahi berkerut...

Obrolan 3:
C :"Hmm pasti ada ceweknya neh ampe gak mau pindah dari Depok."
Gw: Ketawa...

Kalo dipikir-pikir bener juga, ngapain juga gw capek-capek berangkat jam 4 pagi (subuh di mana?); pulang jam 9 malem. Kata Agus sih kos cuman dijadiin tempat numpang tidur. Padahal, biaya kosnya pun lumayan mahal dibandingin waktu kuliah. Belum lagi tiap hari gw harus naek ojek pas keluar kampus, yang nilainya seharga dengan naik angkot T19 dari Pasar Rebo ke Kober. Kalo diitung-itung, biaya yang dikeluarin untuk hal-hal yang 'gak penting' itu kurang sebanding dengan alasan gw memilih tinggal di Depok.

Apa iya? Hmm alesan gw cuman satu, gw cinta kota ini, tapi gw pikir itu sudah cukup menjawab kenapa gw masih tinggal di Depok. Karena ketika sebuah keputusan menyangkut sebuah rasa, logika apa pun tidak dapat mengalahkannya. Dalam pemikiran seorang teman saya, rasa itu sendiri sebenernya sebuah logika.

All I can say is I fall in love with this city. Just like that.
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post
Newer Posts Older Posts Home

Color Paper

  • Tentang Blog Ini

      Berawal dari goresan pena pengalaman paling pribadi, untuk kemudian menyadari bahwa sebuah tulisan bisa menjadi alat yang lebih tajam daripada pisau dan lebih cepat dibanding peluru. Demikian, tulisan-tulisan di blog ini pun berevolusi menjadi tulisan dalam konteks yang lebih umum.


  • ShoutMix chat widget

    Followers

    deBlogger

    • e-no
      Seribu Bayang Purnama: Seribu Problema Pertanian Kita
      6 days ago
    • shandyisme
      Personal Loan Cancellation
      6 years ago
    • Ramadoni
    • Welcome to gegepoweranger.co.cc
    • I AM DITO
    • ãñÐrî ñâwáwï

    Blog Archive

    • ►  2009 (20)
      • ►  June (2)
      • ►  May (3)
      • ►  April (5)
      • ►  March (4)
      • ►  February (3)
      • ►  January (3)
    • ►  2008 (3)
      • ►  November (1)
      • ►  May (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2007 (3)
      • ►  December (1)
      • ►  July (1)
      • ►  April (1)
    • ►  2006 (11)
      • ►  October (1)
      • ►  July (7)
      • ►  June (2)
      • ►  February (1)
    • ▼  2005 (16)
      • ►  December (1)
      • ►  October (2)
      • ►  August (2)
      • ▼  July (3)
        • Gw benci K E K A L A H A N !
        • Epilog Kebodohan Cinta (III)
        • Karena Aku Mencintanya
      • ►  June (5)
      • ►  May (3)

    Blog Statistik






    free counters

    • Home
    • Posts RSS
    • Comments RSS
    • Edit

    © Copyright Dhodie's blog. All rights reserved.
    Designed by FTL Wordpress Themes | Bloggerized by FalconHive.com
    brought to you by Smashing Magazine

    Back to Top