• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit

Dua Wajah Nasib di Juanda

Peron-peron kereta di Jakarta, terutama pada perlintasan Jakarta-Bogor, memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan peron di tempat lain. Peron yang melayang di atas perumahan penduduk ini dicat dengan warna khas yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lain. Di mulai dari Stasiun Cikini sampai Kota, perubahan warna terlihat menyemarakkan suasana pengap dan kumuh wajah perkeretaapian Indonesia. Stasiun Juanda sendiri sebagai terminal bagi karyawan-karyawan yang bekerja di daerah Medan Merdeka dan sekitarnya dicat dengan warna biru tua, warna kesayangan saya pribadi...

Mengamati pergulatan kehidupan di peron sendiri merupakan hal yang saya sukai karena saya lahir dan sering tinggal di dekat stasiun. Dimulai dari masa kecil saya di Pintu Air, saya merasakan kusutnya peron Bekasi. Hiruk pikuk dan kumuhnya peron di Pondok Ranji pun pernah saya rasakan ketika berkuliah di STAN. Peron Pondok Jati merupakan tempat saya menunggu KRL ekonomi jurusan Bekasi ketika saya berjuang untuk persiapan UMPTN batch III. Sampai akhirnya saya merasakan stasiun kecil yang tadinya bahkan tidak ada di peta perlintasan kereta tetapi sekarang menjadi transit pekerja-pekerja yang berasal dari salah satu universitas di Indonesia, UI.

Pada jam-jam pulang kantor, di atas jam lima, Juanda akan dipenuhi oleh sesak penumpang yang berburu kereta api, pengamen dan pengemis yang tak henti mengetuk nurani, atau orang-orang jail yang sering memanfaatkan kelengahan ribuan karyawan yang hendak pulang karena didera kelelahan. Jika direka-reka pada jam-jam ini peron akan disesaki sekitar 1000 orang yang tumplek bleg dalam satu waktu. Somehow, saya pun memotret dua wajah nasib yang ada di dua bagian peron Juanda.

Yang Eksekutif, Yang Bergaya

Mereka ini adalah white collar employees. Pakaian mereka tentu saja tak jauh-jauh dari Polo atau Armani. Sepatu yang mereka pakai pun tentu sepatu yang akan dicari-cari oleh tukang semir ketika mereka sedang asyik lunch di kantin. Tas mereka sudah pasti bukan tas pinggang atau tas cangklong, dan yang pasti ikat pinggangnya dilengkapi dengan handphone keluaran terbaru.

Apa tujuan mereka masuk ke stasiun ini? Jelas bukan karena mereka ingin berdesakan naik KRL ekonomi. Mereka acuh saja dengan ribuan penumpang lain karena mereka akan naik kereta eksklusif yang akan turun hanya di beberapa stasiun transit, seperti UI, Jatinegara, dan Depok. Bahkan kadang-kadang KRL ini pun hanya turun di stasiun awal—Kota dan Tanahabang dan berhenti langsung di Bekasi atau Bogor. Sebuah privelese yang hanya akan didapati ketika anda menjadi 'orang' di sebuah perusahaan.

Yang Ekonomi, Yang Merana

Mereka ini adalah subordinate nya mereka-mereka yang eksekutif. Ada segelintir yang white collars, meski kebanyakan adalah blue collars. Pakaian mereka hmm…… lusuh sehingga tidak memperbaiki penampilan keseluruhan. Sepatu mereka pun bukan dari Buccheri yang mungkin tukang semir pun harus bersaing dengan keluarga mereka sendiri untuk mengelapnya, tas mereka jelas tas-tas gemblok karena tas tangan hanya akan mempersulit mereka ketika berdesakan di dalam kereta. Ikat pinggang mereka sering kali alat yang telah mengikat celana mereka selama beberapa tahun.

Apa tujuan mereka masuk ke stasiun ini? Mereka tidak punya pilihan lain selain transportasi rakyat macam KRL ekonomi. Cukup hanya dengan mengeluarkan Rp. 1.500 (Jakarta-Bekasi) atau Rp. 2.000 (Jakarta-Bogor) mereka dapat mengurangi beban hidup yang menghimpit mereka.

Pada jam-jam pulang karyawan, jangan berharap dapat naik KRL yang masih kosong atau sempit sedikit. Sering kali KRL yang baru datang dari Sawah Besar sudah disesaki karyawan sampai bagian atapnya. Disinilah penderitaan itu dimulai. Satu gerbong yang idealnya memuat 50 orang atau 100 orang (ditambah yang berdiri), disesaki lebih dari 400 orang. Bayangkan bagaimana menyedihkannya ketika ada wanita yang kakinya diinjak, anak kecil yang terlepas tangan karena tak kuat mendorong kerumunan penumpang, dan yang paling mengenaskan hilangnya barang-barang penumpang yang bisa jadi karena terjatuh (dan pasti takkan terambil) atau banyaknya orang yang panjang tangan. Kalau Kawan pernah mencoba untuk naik kereta pada jam-jam ini, saya sarankan ubah jadwal keberangkatannya. Menderita! adalah satu kata untuk menggambarkan perjuangan mereka.

Lalu, saya sebagai orang yang baru bekerja di Samsung Telecommunication Indonesia (STIN) di bilangan Medan Merdeka Selatan berada di kelompok pertama atau kedua? Tak perlu disangkal lagi, pastilah saya akan masuk di kelompok kedua. Apakah saya merasa merana bergabung dengan mereka? Sama sekali tidak! Ini adalah privelese yang hanya akan saya dapatkan ketika saya belum jadi 'orang'. Dan saya sangat menikmati wajah Indonesia di kelompok kedua ini.

Read More 3 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

3 Komentar

  1. Anonymous on Tuesday, 06 November, 2007

    Ok , Pak Dodi
    beda KRL ekonomi sama Exresso
    kurang lebih=
    KRL ekonomi matanya satu alias cyclops
    (mungkin kena lemparan batu mata satunya, waktu lahir)
    Tapi Express matanya dua
    Lihat De, waktu Nunggu =))
    mungkn berguna

    Posted By: Mohaba
    FTUI 2005
    Penjiwa Ceria, heh heh heh heh heh
    GedubraKKKKKK

     
  2. Anonymous on Tuesday, 06 November, 2007

    HIDUP KERETA................!!!!!!!



    -4n70-
    FTUI 2005
    yg masih belum jadi orang

     
  3. Anonymous on Saturday, 16 August, 2008

    Aa'dodi makasih ya info tentang keretanya, trnyata serem mmg naik kereta ekonomi..apalagi diri ini wanita, lbh enak ekonomi ac atw yg semi(he..he:-D) dan yg utama jk msh memungkinkan soal dana ngapain susah2 sengsara...sepakatkah anda...?

     


Post a Comment
Newer Post Older Post Home

Color Paper

  • Tentang Blog Ini

      Berawal dari goresan pena pengalaman paling pribadi, untuk kemudian menyadari bahwa sebuah tulisan bisa menjadi alat yang lebih tajam daripada pisau dan lebih cepat dibanding peluru. Demikian, tulisan-tulisan di blog ini pun berevolusi menjadi tulisan dalam konteks yang lebih umum.


  • ShoutMix chat widget

    Followers

    deBlogger

    • e-no
      Seribu Bayang Purnama: Seribu Problema Pertanian Kita
      5 days ago
    • shandyisme
      Personal Loan Cancellation
      6 years ago
    • Ramadoni
    • Welcome to gegepoweranger.co.cc
    • I AM DITO
    • ãñÐrî ñâwáwï

    Blog Archive

    • ►  2009 (20)
      • ►  June (2)
      • ►  May (3)
      • ►  April (5)
      • ►  March (4)
      • ►  February (3)
      • ►  January (3)
    • ►  2008 (3)
      • ►  November (1)
      • ►  May (1)
      • ►  January (1)
    • ▼  2007 (3)
      • ►  December (1)
      • ▼  July (1)
        • Dua Wajah Nasib di Juanda
      • ►  April (1)
    • ►  2006 (11)
      • ►  October (1)
      • ►  July (7)
      • ►  June (2)
      • ►  February (1)
    • ►  2005 (16)
      • ►  December (1)
      • ►  October (2)
      • ►  August (2)
      • ►  July (3)
      • ►  June (5)
      • ►  May (3)

    Blog Statistik






    free counters

    • Home
    • Posts RSS
    • Comments RSS
    • Edit

    © Copyright Dhodie's blog. All rights reserved.
    Designed by FTL Wordpress Themes | Bloggerized by FalconHive.com
    brought to you by Smashing Magazine

    Back to Top