enam april dua-ribu-lima
Kali pertama ku lihat lelaki itu, gerimis merintik tiba-tiba di halaman. Tak hirau dengan sekelebatan pecahan-pecahan air yang menyentuh wajah dan kakinya, tubuh itu terpaku pada pintu serambi rumah dengan meletakkan kepala pada dekap dua tangannya. Tak ada keinginan sedikitpun untuk masuk ke dalam, meringkuk di antara selimut tebalnya, sebagaimana kebanyakan orang. Tiba-tiba.... sebuah senyum tersungging di wajahnya ketika hujan bertambah-tambah deras. Ah... pastilah dia sedang berbahagia, gumamku kala itu. Sesungging senyum yang sederhana, tapi jika kau lihat ke kedalaman matanya, terpancar sebuah kebahagiaan yang pasrah.
sembilan oktober dua-ribu-lima
Kali kedua ku lihat lelaki itu, hujan sudah sampai pada titik derasnya. Kali ini dia beranjak dari serambi rumahnya; alih-alih masuk ke dalam rumah untuk menghindari pekikan halilintar yang kejam terdengar, lelaki itu malah mematung persis sejari di depan air hujan yang merantai dari atap ke selokan rumahnya. Mendongakkan kepalanya sebentar, kemudian tangannya pun menyentuh air yang berkejaran di depannya. Tiba-tiba.... matanya terpejam meresapi dingin air yang menjalar ke tubuhnya. Ah... aku pikir pasti dia sedang merindukan seseorang. Kembali senyuman sederhana tersungging di wajahnya, sebuah ejewantah kerinduan pada orang yang dikasihinya.
delapan-belas juli dua-ribu-enam
Kali ketiga ku lihat lelaki itu, hujan sudah sampai pada titik kembali menjadi gerimis. Kali ini dia duduk menopangkan wajah di lututnya. Aneh karena kali ini kekeruhan di raut wajahnya meruak jelas karena tidak ada sesungging senyum atau pancaran kebahagiaan. Bahkan sesekali kulihat badannya terguncang hebat meski deru hujan membiaskannya. Lama kuperhatikan tak ada yang dilakukannya kecuali menerawang kosong di depannya. Akan tetapi, tanpa diduga kembali senyuman itu tersungging di wajahnya. Heran sekaligus takjub aku melihatnya karena baru saja ia terguncang hebat. Ah... sungging senyum sederhana, yang seakan menyibakkan kepedihan hatinya, membias abadi di sana ketika tiba-tiba kulihat pelangi terkembang di langit rumah... Dia pun menikmati pancaran anugerah multi warna sementara tetes hujan terakhir menghujam bumi menuju titiannya.
Menarik untuk di cermati, namun butuh ketelitian untuk memahami
Halahhhh apa coba? ada yang tau?
Tapi merupakan teman ngobrol yang bisa di andalkan :)
dengan style dosen nya, dengan bekal kecintaan pada dunia ajar mengajar,
tapi saya di ajarin yang baik baik ya .... he he
Mmm seakan maknanya melihat cerminan diri sendiri...betul tidak.., kalau ya..lelaki itu pengarangnya dunk..he..he..jadi main tebak2än boleh khan..;) -GUESS WHO?-