• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit

Relieving Limitation

My age is growing fast, but somehow I still can not decide what the real I want to do in my life. Yes! I want to be happy, but like what? Yes! I want to be useful for others, but still like what? I remember one of the internet psychological test, How Brain Works, determined me not only as strongly left-hemisphere dominant, but also predominantly visual learner. On one side, I have a great intense with organization, precision, also in details and logical focus in my life. But on the other side, I still could not be able to tell my self what is the truly I want to get from it. One of my awkward characteristics!

Anyway, I had been experiencing two sides of the extremely life in the last three months: huge trouble and also great relieving as its impact. On last August, I had no longer worked in my last company because incisive views of work between my manager and I. Frankly, I still hoped that it still could be fixed as the time goes by, but somehow I realized this condition would not make me comfort to get good achievement in my performances.
As the result, I have been tested by the Lord in the most critical time of my life as in that month I had to pay tuition to University of Indonesia also. Actually, it would not be a problem if I still worked in that company as the salary is more than enough to fulfill my necessity. But I think it was unwise to always look back into our life, so I have tried everything possible to fulfill that obligation. Even though His hands finally helped me (as always) with my two close friends in the last time, my optimism which always be there as the trouble comes to me, was melting as the time pushed every second I had. Lucky me that I have had some friends who always be there not only in my happiness but in my suffering as well. I think I will owe for their help in my whole life no matter what.

While I still could not get the clear point in getting new job, I have tried to guess what God actually planned to my life. I truly believed every trouble which given to us will make our mature ness grows. But still as a human I felt uncomfortable with unemployment label. I had felt one day as a week and one week as a month which usually felt by unemployee. Moreover, it was kind of scary feeling that I could not use my huge energy to work in that time. Lucky me that I have been surrounded by campus environment so that I still could do other good things. My reading interest was granted with borrowing two books each day in Center Library of University of Indonesia because I could finish one book on three hours only. It was kind of frightening my friend saw me always change my reading books every day he he he...

Application letters which originally focus on Purchasing career path, was bent to educator because it was too long to wait the process of getting new job in private company. It was really doubtful due to financial risks to be a tutor or a senior high school teacher, but I really have a passion with this job. Standing in front of the class while pupils focus on me, no doubt something which I really want to do. I guess this is the way straightening which God created to me. I was lucky after my problem solved, I was getting a new job as an Academic Coordinator in one of growing English course at Sawangan. As the openness and warm I get from my manager, made me decide that I will give my loyalty to this course when choices of job I have in the future.

Thank to God, the offering are coming to me one by one as tutors or teacher after that. Till now, besides I have been as tutor in study counseling and English course; couple days when days off, I will have been teaching students in SMU 88 Cijantung, Jakarta to prepare their SPMB and Ujian Akhir Nasional tests. I still need other jobs to balance the revenue I get with my expenses of course, but I think I have to take it slow as I have already enjoyed these jobs.

One thing I learnt from this case, no matter how hard our trouble, there are always solutions in end-points. So giving up, moreover suicide, is one of the most coward actions to face it. Just give your best beyond your limit, cause you will amaze how strong you are.
Read More 1 Comment | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Lelaki, Hujan, dan Sesungging Senyum

enam april dua-ribu-lima

Kali pertama ku lihat lelaki itu, gerimis merintik tiba-tiba di halaman. Tak hirau dengan sekelebatan pecahan-pecahan air yang menyentuh wajah dan kakinya, tubuh itu terpaku pada pintu serambi rumah dengan meletakkan kepala pada dekap dua tangannya. Tak ada keinginan sedikitpun untuk masuk ke dalam, meringkuk di antara selimut tebalnya, sebagaimana kebanyakan orang. Tiba-tiba.... sebuah senyum tersungging di wajahnya ketika hujan bertambah-tambah deras. Ah... pastilah dia sedang berbahagia, gumamku kala itu. Sesungging senyum yang sederhana, tapi jika kau lihat ke kedalaman matanya, terpancar sebuah kebahagiaan yang pasrah.

sembilan oktober dua-ribu-lima

Kali kedua ku lihat lelaki itu, hujan sudah sampai pada titik derasnya. Kali ini dia beranjak dari serambi rumahnya; alih-alih masuk ke dalam rumah untuk menghindari pekikan halilintar yang kejam terdengar, lelaki itu malah mematung persis sejari di depan air hujan yang merantai dari atap ke selokan rumahnya. Mendongakkan kepalanya sebentar, kemudian tangannya pun menyentuh air yang berkejaran di depannya. Tiba-tiba.... matanya terpejam meresapi dingin air yang menjalar ke tubuhnya. Ah... aku pikir pasti dia sedang merindukan seseorang. Kembali senyuman sederhana tersungging di wajahnya, sebuah ejewantah kerinduan pada orang yang dikasihinya.


delapan-belas juli dua-ribu-enam

Kali ketiga ku lihat lelaki itu, hujan sudah sampai pada titik kembali menjadi gerimis. Kali ini dia duduk menopangkan wajah di lututnya. Aneh karena kali ini kekeruhan di raut wajahnya meruak jelas karena tidak ada sesungging senyum atau pancaran kebahagiaan. Bahkan sesekali kulihat badannya terguncang hebat meski deru hujan membiaskannya. Lama kuperhatikan tak ada yang dilakukannya kecuali menerawang kosong di depannya. Akan tetapi, tanpa diduga kembali senyuman itu tersungging di wajahnya. Heran sekaligus takjub aku melihatnya karena baru saja ia terguncang hebat. Ah... sungging senyum sederhana, yang seakan menyibakkan kepedihan hatinya, membias abadi di sana ketika tiba-tiba kulihat pelangi terkembang di langit rumah... Dia pun menikmati pancaran anugerah multi warna sementara tetes hujan terakhir menghujam bumi menuju titiannya.

Read More 2 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Dua Sisi Waktu

:vie

Satu waktu

Kita belum kenal kala itu
Kamu datang bersama temanmu
Membagi himpit waktu bersamaku
Hingga kelegaan lebih leluasa terhirup

Berhasil kita kala itu
Pancar bahagia terbias jelas di matamu

Lain waktu
Kita sudah kenal kala itu
Kamu datang dengan pesanmu
Membagi amuk takut bersamaku
Hingga kepasrahan lebih terasa terkutuk

Serangkum doaku untukmu

*)Congratulation for your graduation, Vir (FT '06)

Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Derik Jangkrik dan Kunang-Kunang

:irw

Pernah mendengar suara jangkrik yang menemani malam?
Ketika cakrawala mulai gulita dengan siluet panjang membayang
Derik jangkrik selalu setia melagukan harmoni tak berhenti
Mendendang danau kalbu dengan simfoni sunyi sepi

Pernah menikmati cahaya kunang-kunang yang menghiasi malam?
Ketika bulan indah bercahaya dengan bintang setia berdampingan
Kunang-kunang selalu setia merenda malam tak bertepi
Menghias halaman hati dengan sketsa mini langit

Pernah menyadari hebat perempuan yang setia menyertai malam?
Ketika keringat habis terkuras dan darah mendidih tak berbekas
Perempuan selalu setia mendampingi tanpa bertanya sana sini
Mencerna berontak logika dengan uraian kaya hati

Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Relief Wajah Surga

:bbs

Di mata itu
Kutemukan harap
Tentang bahagia dan keabadian
Tentang mencinta dan ketulusan

Di dahi itu
Kutemukan ikhlas
Tentang rindu dan penantian
Tentang menunggu dan kepasrahan

Di telinga itu
Kutemukan haru
Tentang sendiri dan keheningan
Tentang menyepi dan ketiadaan

Di bibir itu
Kutemukan tenang
Tentang arti dan pemaknaan
Tentang menerima tak berpengharapan

Di wajah itu
Tlah kutelusur relief surga cinta

Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Kelumit Hari


Pagi tetaplah pagi
Meski disahuti rintik atau ringkik
Meski ditemani gerimis atau mentari
Tapi pagi tetaplah pagi...
: Sketsa jejak hati.

Siang tetaplah siang
Meski surya ganas menyengat
Meski angin kejam menampar
Tapi siang tetaplah siang...
: Gemuruh asa diri.

Senja tetaplah senja
Meski juta himpitan kesulitan
Meski jejal enigma kehidupan
Tapi senja tetaplah senja...
: Deraian doa suci.

Malam tetaplah malam
Meski raga letih tertatih
Meski jiwa lelah terkuras
Tapi malam tetaplah malam...
: Istirah mimpi abadi

Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Di pintu itu

:bbs


Di pintu itu
Kamu pernah diam tersedu
Merajam emosi yang mengamuk
Meronta mengalir dalam dingin kalbu

Di pintu itu
Aku pernah duduk termangu
Meredam hati yang merindu
Berbisik memanggil dalam hembus bayu

Di pintu itu
Aku tetap sila menunggu
Menghitung bergulirnya waktu
Hingga tiba sang kekasih mengetuk

Di pintu itu
: dalam aku mencintamu

Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Sabtu, Kerja, dan Meeting...

Sepertinya ada yang salah dari kumpulan kata-kata di atas. Iya... Sabtu masih kerja dan seperti masih-tak-cukup-keberuntungan harus menghadiri meeting, duh! Ngomong-ngomong, inget nggak sih dulu waktu SMP atau SMA kita sering dikasih ulangan (kangen ma kata ini) dengan formula seperti ini. Bahasa Indonesia? Bimbingan dan Konseling? Atau pas waktu TPA? Tunggu.. tunggu! sabtu, kerja, meeting dan sekarang disuruh mikir... Gak banget. Ngomong-ngomong lagi, makin lama otak saya makin tumpul deh.

Awal pagi tadinya saya ingin bertanya sama manajer saya masalah kontrak yang tersisa dalam hitungan jam. Tapi beliau tidak berkenan menjawab karena sedang mengurus mobilnya di bengkel dan meminta saya menunggu sampai hari Senin. Duh... Time is like everlasting in the next couple days.

Akhirnya saya coba untuk konsentrasi ke kerjaan lagi, tapi gagal. Emang sabtu kayaknya nggak cocok ya untuk jam kerja, entah karena sudah diformulasikan dari sananya atau otak kita sendiri yang memformulasikannya. Walhasil, saya coba buka Notepad (program word processing yang paling saya suka karena konsep minimalisnya) dan meluncurkan jemari di tombol-tombol komputer dan berhasil! Memang ketika saya sudah not in the mood, entah itu berada di ultimasi positif atau bahkan negatif, menulis menjadi salah satu jawaban paling logis bagi otak saya.

Akhirnya waktu pun terasa tidak membosankan lagi sampai bel pulang pun terdengar. Tepat jam 1 siang itu pun saya langsung mematikan komputer, menggesek kartu karyawan magnetik, dan pulang. Meski teman kerja lain masih ada di office, saya enggak peduli! Sabtu, Kerja, dan Meeting bukan formulasi kata yang cocok di otak saya.

Oh iya, kebetulan sabtu ini ada acara kumpul bareng temen-temen Telkom 2000 di rumah Vira . Mau membahas masalah bantuan beasiswa untuk adik kelas di Poltek. As usual, biasanya kalo gak dipaksa dan memaksa diri, saya akan mencari alasan macam-macam untuk nggak menghadiri acara macam ini, males aja :). Dan pilek adalah salah satu alasan logis kan? Sudah hampir semingguan ini saya diserang pilek dan efek sampingnya. Akan tetapi seperti ada perasaan nggak enak kalau saya nggak ngehadirin acaranya, lagipula saya yang mengajukan ide ini semua. Akhirnya langkah kaki pun ditujukan ke stasiun Tanjung Barat, membeli karcis yang masih 1.500 rupiah, dan menunggu kereta ke arah Jakarta. Sampai akhirnya kereta pun datang dan setelah tiga stasiun terlewati dengan cepat, tiba di Stasiun Kalibata. Oh iya, saya punya anekdot tentang stasiun ini. Stasiun Lenteng Agung dan Kalibata punya rumus 1 dan 20: kalau Lenteng Agung menurunkan 1 orang dan 20 orang menggantikannya, maka Kalibata adalah kebalikannya. Jadi, jangan sekali-kali berada di pintu kalau tidak ingin tersungkur didorong atau bahkan dipukul (kalau perlu) oleh penumpang 120.

Setiba di rumah Vira, as usual belum ada pentolan yang hadir dan akhirnya ngobrol sama Vira. Kita ngobrol-sana-sini tentang motorola, nokia, dan tentunya dosen pembimbing TA dia yang dia cintai, meski perut melilit karena belum dikasih haknya. Duh Vie... besok-besok selalu tawarin makanan besar ya kalau ada anak kos dateng :). Akhirnya Yuli dan Niken pun menyelamatkan perut yang sudah meronta-ronta dengan soto-nya. Then, dengan peserta terakhir Sanis yang dateng dengan Karisma-nya, kita ngobrol sana-sini tentang rencana beasiswa. Hope going well ya, Guyz!
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

Karenamu

:bbs


Karenamu
Takkan ku bertanya lagi
Tentang arti diri
Asa hidup
Cinta tulus
Dan makna bahagia

Karenamu
Takkan ku berpeluh lagi
Meratapi hari
Meredam hasrat
Merindu dendam
Dan mencabik harapan

Dan karenamu
Takkan hilang asa tuk mendekap
Hasrat tuk memeluk
Dan niat tuk membahagiakan

Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

25 Tahun...

Tadinya saya sudah kehilangan minat untuk menulis lagi di blog ini.
Entah karena pengalaman-pengalaman yang dialami dalam rentang waktu semusim ini membekukan semangat saya...
Entah karena memang saya merasa bahwa saya tidak punya kewajiban untuk menceritakan kepada dunia tentang apa yang saya alami.

Buat apa? Saya tidak perlu dikasihani... Saya tidak butuh airmata...
Malah saya terlampau sering membuat orang-orang yang saya sayang menitikkan air matanya.

Dalam kesendirian, ingin saya sapa memori masa lalu.
Saat ketika hari lahir yang tidak bermakna, kecuali kematian...
Menjadi satu penggalan percakapan yang akan abadi di ingatan.

Terima kasih cinta...
Read More 0 Komentar | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post

The Last Day

Wow, ada ya perusahaan di luar Jakarta yang mempunyai arsitektur gedung sebagus ini

Itu adalah opini saya ketika memasuki Samsung pertama kali. Dihadang oleh satpam-satpam dengan raut muka yang tak bersahabat *karena tidak kenal* saya memasuki gedung Head Quarter Samsung untuk mengikuti Tes TOEIC penuh kekaguman. Ruangan yang tertata apik, dengan AC yang menyala maksimal, sehingga panas Cikarang yang menyengat tidak terasa. Ketakjuban saya semakin bertambah membaca beragam kegiatan education dan training yang diadakan untuk karyawannya. TOEIC Preparation, Word for Professional, Excel Training, PLC Workshop dan lain lain telah diagendakan dengan runtut oleh HRD waktu itu. Interesting place, pikir saya kala itu!

Karena jodoh itu pula lah, saya akhirnya diterima di perusahaan itu sebagai Purchasing Staff. Posisi yang kala itu saya sendiri tidak tau job descriptionnya. Atas dasar user yang humanis, tempat yang menarik, dan paket gaji yang cukup besar, saya pun menandatangani kontrak bersama dua orang teman saya, Fauzan (TM-Undip) dan Hadi (FE-Undip). Mengingat bahwa saya tidak mengalami masa menganggur, karena sehari setelah wisuda langsung medical check up dan orientasi karyawan baru, saya yakin bahwa jalan yang telah saya ambil tidak lah salah.

Menjalani pekerjaan sebagai Key Member-nya Departemen Purchasing, memberikan tantangan tersendiri bagi saya. Di tahun 2003, ada 5 orang yang sebelumnya menduduki posisi itu, Haris, Tronic, Yudha, Arif, sampai akhirnya dipegang oleh Pak Hardi, manajer saya kala itu, menunjukkan bahwa posisi itu adalah hot seat. Ketahanan kerja saya waktu itu sempat diragukan oleh GM Divisi saya, Mr. C.H. Kim, yang saya mafhumi mengingat banyaknya pekerja yang berguguran menanganinya. Tetapi itu semua tidak lah menyurutkan langkah saya, karena semakin saya diremehkan oleh orang lain, semakin tinggi pula keinginan saya to prove it!.

Dan benar lah adanya bahwa pekerjaan saya waktu itu membuat nama saya terkenal di seantero VD Division. Bukan karena key membernya, tapi karena waktu itu saya didera masalah yang berkepanjangan. Hampir selama 3 bulan pertama, saya mendapat beragam masalah (saya mengistilahkannya kepentok sana-sini), yang membuat saya harus menghabiskan waktu minimal 12 jam sehari untuk mencari solusi yang tepat atas masalah-masalah yang ada. Konflik dengan departemen lain, bahkan sampai pernah membuat orang lain menangis, harus saya lakukan karena pressure pekerjaan saya menuntut saya untuk melakukannya. Alhasil, dalam 3 bulan berikutnya saya pun sudah berhasil menstabilkan pekerjaan saya. Dan ini diakui oleh Manager saya dengan memberikan appraisal B, nilai yang sangat jarang diberikan olehnya kepada pegawai baru.

Satu tahun berjalan, saya pun mengalami apa yang disebut comfort zone. Satu kondisi di mana seseorang merasa nyaman dengan kondisi yang sebenarnya tidak dia inginkan (berat badan saya kala itu mencapai 63 Kg, peningkatan luar biasa, dari yang tadinya cuma 53 Kg). Sampai satu saat, saya berkesimpulan bahwa saya harus melakukan sesuatu yang berbeda. Dan saya pun memutuskan untuk meneruskan kuliah saya, ambil ekstensi S-1, di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Sekali lagi, karena tantangan lah saya fight untuk ambil kuliah di sana. Kuliah di universitas swasta lain, saya fikir terlalu mudah. Sampai akhirnya, pada bulan Agustus 2005, saya pun menjalani kuliah pertama saya kala itu, Dasar Sistem Kendali oleh Pak Sugiharto.

Timbullah genderang perang dalam hati saya, apakah saya akan memprioritaskan kuliah atau kerja, karena kuliah di UI menuntut saya untuk stand by, pun demikian halnya kerja di Samsung. Absensi yang bolong di sana sini, baik di tempat kerja dan kuliah, membuat saya memutuskan bahwa saya harus pilih salah satu. Dan kuliah lah yang saya pilih karena kecintaan saya akan dunia ajar-mengajar. Selama satu semester itu pula lah saya mengirimkan lamaran ke berbagai perusahaan yang memungkinkan saya untuk lebih fokus ke kuliah.

Dan akhirnya, Jalan Alloh itu pun hadir tepat setelah UAS Semester 5, saya diterima di perusahaan sekuritas pertambangan, Tyco, sebagai Senior Purchasing Officer. Posisi dan kerja yang lebih baik, dan terutama lokasi yang jauh lebih dekat dengan kampus dan tempat tinggal saya, memaksa saya untuk meninggalkan Samsung. Dan itu pun terlaksana hari ini, 3 Februari 2006.
Read More 1 Comment | Ditulis oleh Dodi Mulyana edit post
Newer Posts Older Posts Home

Color Paper

  • Tentang Blog Ini

      Berawal dari goresan pena pengalaman paling pribadi, untuk kemudian menyadari bahwa sebuah tulisan bisa menjadi alat yang lebih tajam daripada pisau dan lebih cepat dibanding peluru. Demikian, tulisan-tulisan di blog ini pun berevolusi menjadi tulisan dalam konteks yang lebih umum.


  • ShoutMix chat widget

    Followers

    deBlogger

    • e-no
      Seribu Bayang Purnama: Seribu Problema Pertanian Kita
      1 week ago
    • shandyisme
      Personal Loan Cancellation
      6 years ago
    • Ramadoni
    • Welcome to gegepoweranger.co.cc
    • I AM DITO
    • ãñÐrî ñâwáwï

    Blog Archive

    • ►  2009 (20)
      • ►  June (2)
      • ►  May (3)
      • ►  April (5)
      • ►  March (4)
      • ►  February (3)
      • ►  January (3)
    • ►  2008 (3)
      • ►  November (1)
      • ►  May (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2007 (3)
      • ►  December (1)
      • ►  July (1)
      • ►  April (1)
    • ▼  2006 (11)
      • ▼  October (1)
        • Relieving Limitation
      • ►  July (7)
        • Lelaki, Hujan, dan Sesungging Senyum
        • Dua Sisi Waktu
        • Derik Jangkrik dan Kunang-Kunang
        • Relief Wajah Surga
        • Kelumit Hari
        • Di pintu itu
        • Sabtu, Kerja, dan Meeting...
      • ►  June (2)
        • Karenamu
        • 25 Tahun...
      • ►  February (1)
        • The Last Day
    • ►  2005 (16)
      • ►  December (1)
      • ►  October (2)
      • ►  August (2)
      • ►  July (3)
      • ►  June (5)
      • ►  May (3)

    Blog Statistik






    free counters

    • Home
    • Posts RSS
    • Comments RSS
    • Edit

    © Copyright Dhodie's blog. All rights reserved.
    Designed by FTL Wordpress Themes | Bloggerized by FalconHive.com
    brought to you by Smashing Magazine

    Back to Top